Tuesday, January 14, 2014

Jangan Menerjemahkan Secara Harfiah

Ini lanjutan dari artikel "Menerjemahkan Bukan Sekadar Mengalihbahasakan" (http://www.sundaymorningstory.blogspot.com/2013/12/menerjemahkan-bukan-sekadar.html)
Berikut ini beberapa contoh kenapa kita tidak bisa menerjemahkan langsung secara harfiah, karena memang menerjemahkan itu bukan sekadar mengalihbahasakan.

1. Pepatah & Idiom
Contoh: "The rest goes in one eye and out the other." 
Seorang penerjemah harus berusaha mencari padanan pepatah dalam bahasa sumber, jika ada. 
Jadi, alih-alih menerjemahkan kalimat di atas menjadi: "Sisanya masuk ke satu mata dan keluar dari mata lainnya," yang lebih tepat adalah "Sisanya masuk ke telinga kiri dan keluar dari telinga kanan.
Contoh lain: "From top to toe."
--> "Dari kepala sampai kaki."

2. Satu kata, makna ganda
Kedua kalimat ini memuat satu kata yang sama, tapi artinya jelas berbeda:
(1) The Incredibles (2004) What is a hero? A great script with great characters that just happen to be animated.
(2) Kill Bill: Vol. 1 (2003) and Kill Bill: Vol. 2 (2004) Tarantino again. Why aren’t there more female action heroes?
Kata "hero" pada kalimat yang pertama berarti "pahlawan." Sedangkan "hero" di kalimat yang kedua berarti "tokoh utama."
Dari mana kita tahu cara membedakan arti kedua kata tersebut? Dari konteks kalimatnya.
Contoh lain: 
(1) cheering fans in the stands.
(2) man selling popcorn in the stand.
Kata "stand" yang pertama berarti "tribune," sedangkan yang kedua berarti "stan"

3. Bahasa slank
Contoh: "Whether you’re a writer with the balls to generate a novel."
"Balls"? Hmm... Ga mungkin artinya bola di sini. Saat sebuah kalimat terasa janggal jika diartikan secara harfiah, bukalah kamus idiom atau googling kamus slank. "Balls" di sini artinya adalah "keberanian." Diambil dari istilah "man's balls" [maaf: biji/buah zakar pria]. 

4. Penulis menghilangkan satu atau beberapa bagian kalimat
Contoh: "Modern Times (1936) Chaplin’s last silent. Why did he do it even after sound came out? You’ll see."
Anda perhatikan kalimat "Chaplin’s last silent"? Ada keterangan yang hilang di sana. Penerjemah baiknya menambahkan keterangan itu.
Jadi, alih-alih "Kebisuan Chaplin yang terakhir," terjemahan yang lebih tepat adalah "Film bisu Chaplin yang terakhir." 

5. Penyesuaian kata tertentu ke dalam bahasa sumber
Contoh: "Your child is more interesting than their accomplishments: Kaya may or may not hit in her first T-ball game."
"Kaya" bukanlah sebuah nama yang biasa digunakan oleh orang Indonesia. Malahan, "kaya" memiliki arti yang lain, yaitu "makmur." Nama "Kaya" terdengar aneh bagi telinga kita. Jadi, untuk menghindari kesalahpahaman (terlebih lagi nama "Kaya" ini harus diletakkan di awal kalimat), saya mengganti "Kaya" dengan nama yang mirip dan lebih akrab bagi orang Indonesia, yaitu "Keiya." Dengan catatan: nama ini bukanlah nama tokoh/nama penting dalam buku fiksi, melainkan nama contoh, yang tidak memiliki peran penting dan bisa diganti, dan ada di buku nonfiksi.

Baru ini yang terpikir olehku, maklum nulisnya sambil nerjemahin. Semoga bisa dilanjutkan lagi dengan contoh-contoh lainnya.

***Kalimat-kalimat contoh di atas diambil dari buku "How to Shoot Video That Doesn't Suck" karya Steven Stockman. Buku yang sedang aku terjemahin.

No comments:

Post a Comment