Tuesday, March 18, 2014

Sekolah Berbasis Pendidikan Karakter

Hari itu hari Jumat, anakku (Qei, baru kelas 1 SD) ada ekskul di sekolahnya sampai sore. Tapi tumben, sore ini dia agak telat pulang dibanding biasanya. Walaupun semua mobil jemputan sudah dikoordinasi oleh sekolah dan berada penuh di bawah tanggung jawab sekolah, jadi mereka tepercaya, tapi tetap saja kekhawatiran ini membuatku nyaris menelepon pak supirnya. Tapi ternyata mobil jemputannya muncul tak lama kemudian.
Qei pulang sekolah dengan riang seperti biasa. "Pak Asep [supir jemputannya] datengnya telat," katanya.
Tumben, pikirku. Mungkin dia hari ini ada keperluan dulu. 
"Aku udah sholat ashar di sekolah," lapor Qei berikutnya.
"Oh . . . Oke," kataku. Masih berusaha mencerna.
"Pak Asepnya telat, jadi aku sama temen-temenku sholat ashar berjamaah di sekolah, sambil nunggu," tambah Qei.
"Hah?" Aku bengong. Qei menyebut nama ketiga temannya yang bersama-sama sholat dengan dia.  Anak-anak kelas 1 SD ini udah sadar dengan kewajiban sholat tanpa disuruh oleh guru maupun orang tuanya! Hebat amat, pikirku. Entah apa yang ditanamkan oleh guru-gurunya di sekolah sampai anak-anak ini tumbuh dengan kesadaran dan rasa tanggung jawab untuk sholat sendiri walaupun tak ada guru dan orang tua yang mengawasi atau menyuruh mereka!
Dan entah siapa penggagas sholat berjamaah ini, tapi aku terharu sekali, sampai-sampai bilang, "Hebat sekali Ayang. I love you. I love your friends. I love your school!" Kataku.
***

Mengingat pengalaman yang lalu-lalu dan juga dengan maksud menghindari bullying di masa yang akan datang, suami dan aku suka bilang kepada Qei, "Kalau kamu dipukul sama cowo (terutama kalau cowonya lebih besar dari kamu), kamu pukul lagi dianya!"
Kemarin sore, dia pulang sambil memegangi mata kanan yang berair dan agak merah. "Kamu kenapa?" Tanya suamiku.
"Aku dipukul sama  Yusuf," kata Qei.
Setelah kami bertanya cerita lengkapnya, ternyata temannya hanya mencolok (bukan memukul) mata Qei tanpa sebab yang jelas. Ya sudahlah, hanya perselisihan tak jelas antar anak kecil.
Setelah mengobrol beberapa lama, tak urung ayahnya bilang, "Kalau kamu dipukul (duluan, sama cowo), kamu pukul lagi dianya!"
Tapi jawaban Qei mengejutkan kami, "Kalau aku mukul lagi dianya, berarti aku sama dosanya sama dia. Biarin aja dia dosa sendiri karena mukul aku. Nanti dosanya dicatat malaikat," katanya. Dia bilang itu ajaran dari gurunya.
Kami bengong. Lalu mengangguk-angguk. "Oh, ya ya... baguslah kalo gitu," komentar kami selanjutnya. Satu lagi ajaran dari guru-guru di sekolahnya. Guru-guru yang hebat. Sekolah yang hebat. Lagi-lagi kami terharu dibuatnya. Alhamdulillah.
***

"Bunda, mulai sekarang aku mau pakai kerudung kalau pergi ke mana-mana. Kata bu Guru, kita harus selalu menutup aurat," adalah kalimat lain dari Qei yang cukup mengejutkanku. Dulu aku pertama kali memiliki kesadaran untuk menutup aurat adalah saat masuk SMU. Dan anak kelas 1 SD di hadapanku ini mau mulai memakai kerudung di usia semuda ini!
I love this school. We owe the teachers so much...
***

Walaupun tak terlalu rewel dengan makan, tapi Qei lumayan pemilih. Dia enggan mencoba makanan-makanan baru, apalagi kalau rupa makanan itu tampak tidak menarik. Contohnya, bayangkan saja batagor yang sudah lembek karena bumbu kacangnya sudah diaduk & meresap. Qei pasti hanya akan melirik lalu menggeleng. Enggan bahkan untuk mencoba, walaupun kami mendorongnya untuk selalu mencoba terlebih dulu sebelum memutuskan.
Di sekolah Qei ada katering untuk makan siang (karena sekolah Qei full day, Senin - Jumat) & snack time untuk jam istirahat di pagi hari (karena anak kelas 1 masih dilarang jajan oleh guru, walaupun jajanan yang tersedia sebenarnya hanyalah kantin sekolah & tidak ada satu pun pedagang liar di sekitar sekolah).
Orang tua boleh mengikutkan si anak untuk makan siang dari katering, boleh juga tidak (berarti bawa bekal sendiri dari rumah). Begitu juga dengan snack-nya.
Tapi mengingat Qei sangat pemilih (dan biar tidak repot.... hahaha) kami sengaja ikut katering dari sekolah. Dengan maksud, agar Qei terbiasa dengan makanan-makanan baru & mau tak mau makan makanan yang sudah disediakan.
Rupanya teknik ini lama-lama berhasil juga. Qei sekarang sudah lebih terbuka dengan pilihan makanannya & sudah lebih mau mencoba makanan-makanan baru.
Alhamdulillah.
***

No comments:

Post a Comment