Monday, April 28, 2014

Wisata Bintang: Menembus Rumitnya Akses Menuju Observatorium Bosscha


Observatorium Bosscha (baca: Bosha) mulai dibangun pada tahun 1923 oleh Nederlandsch-Indische Sterrenkundige Vereeniging (NISV - Perhimpunan Bintang Hindia Belanda) dan diberi nama Bosscha Sterrenwacht. Teropong bintang tertua di Indonesia ini terletak di Lembang, Bandung dan berada pada ketinggian 1310 meter di atas permukaan laut. 

Kalau menurut Wikipedia (http://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium_Bossch http://id.wikipedia.org/wiki/Observatorium_Bosschaa), Observatorium Bosscha ini memiliki beberapa teleskop, yaitu:
  1. Teleskop Refraktor Ganda Zeiss. Teleskop ini merupakan jenis refraktor (menggunakan lensa) dan terdiri dari 2 teleskop utama dan 1 teleskop pencari (finder). Diameter teleskop utama adalah 60 cm dengan panjang fokus hampir 11 m, dan teleskop pencari berdiameter 40 cm. 
  2. Teleskop Schmidt Bima Sakti (atau Kamera Schmidt). Teropong ini mempunyai diameter lensa koreksi 51 cm, diameter cermin 71 cm, dan panjang fokus 127 cm. 
  3. Teleskop Refraktor Bamberg. Termasuk jenis refraktor dengan diameter lensa 37 cm dan panjang fokus 7 m. Teropong ini berada pada sebuah gedung beratap setengah silinder dengan atap geser yang dapat bergerak maju-mundur untuk membuka atau menutup. 
  4. Teleskop Cassegrain GOTO. Teleskop Goto berjenis reflektor Cassegrain dengan diameter cermin utama 45 cm. Cermin utama yang berbentuk parabola memiliki panjang fokus 1,8 m dan cermin sekunder yang berbentuk hiperbola memiliki panjang fokus 5,4 m. 
  5. Teleskop Refraktor Unitron. Yaitu teropong refraktor dengan lensa obyektif berdiameter 102 mm dan panjang fokus 1500 mm. Teropong ini diinstalasi pada mounting Zeiss yang masih asli dengan sistem penggerak bandul gravitasi, sama seperti pada teropong Bamberg. Dari segi ukuran, teropong ini baik untuk pengamatan matahari maupun bulan, dan banyak digunakan untuk praktikum mahasiswa. Dengan ukuran yang kecil dan ringan, teropong ini mudah dibawa dan telah beberapa kali digunakan dalam ekspedisi pengamatan gerhana matahari, gerhana bulan, hilal, pemotretan bintik matahari, serta pengamatan benda-benda langit lain. Dengan Diameter lensa 13 cm, dan fokus 87 cm.
  6. Teleskop Surya. Teleskop ini merupakan teleskop Matahari yang terdiri dari 3 buah teleskop Coronado dengan 3 filter yang berbeda, serta sebuah teleskop proyeksi citra Matahari yang sepenuhnya dibuat sendiri. 
  7. Teleskop radio 2,3m. Teleskop radio Bosscha 2,3m adalah adalah instrumen radio jenis SRT (Small Radio Telescope). 
Tahun 2004, Observatorium Bosscha dinyatakan sebagai Benda Cagar Budaya oleh Pemerintah. Dan pada tahun 2008, Pemerintah menetapkannya sebagai salah satu Objek Vital nasional yang harus diamankan.

Nah, mungkin karena alasan itulah, akses menuju Bosscha tidaklah mudah.

Pertama kali ke Bosscha, aku datang bersama teman-temanku, zaman masih kuliah. Sebenarnya kami tidak berniat pergi ke Bosscha, tapi ke Kinderdorf, tempat kedua dosen kami mengajak makan-makan perpisahan sebelum mereka terbang ke Jerman.

Sore itu kami datang lebih dulu dari kedua dosen kami. Jadi kami pun duduk-duduk bengong di pinggir lapangan bola.
Kami tahu, tepat di atas sana ada Bosscha. Kami tahu bahwa mendapatkan akses untuk masuk ke sana tidaklah mudah. Kami tahu bahwa untuk datang ke sana, kami harus mendaftar beberapa bulan sebelumnya. Kami tahu bahwa kalau kami tiba-tiba nyelonong begitu saja tanpa pemberitahuan, kami pasti akan diusir satpam. Kami tahu semua itu.

Tapi sore itu kami sedang penuh dengan semangat kekonyolan yang mungkin diakibatkan oleh perut yang sudah keroncongan serta berdesak-desakan di dalam Fiat Uno mungil (7 orang) dan terjebak macet di sepanjang Setiabudhi - Ledeng. Dan saat kami melihat ada tangga curam kecil menuju ke tempat impian di atas sana, ide hebat pun tercetus... "Bagaimana kalau kita naik ke Bosscha?"

Yup. Dan, seperti kata Einstein atau Edison atau saya yang mencetuskan kata-kata bijak seperti ini: "Apalah gunanya ide hebat kalau tidak direalisasikan?" Maka kami pun merealisasikannya.

Well, kalau kalian memiliki kesempatan langka sebagus ini, jangan pernah disia-siakan.
Dan ini adalah kesempatan langka. Dan ini adalah kesempatan bagus. Dan ini konyol. Kami tahu. Maka kami pun naik.

Karena kami datang cukup banyakan, jadi tentu saja nongolnya kami di Bosscha itu langsung menarik perhatian satpam yang posnya ada di dekat sana. Dan saat Pak Satpam bilang kami tidak boleh masuk, kami pun mulai ngalor ngidul mencari alasan.
Pak Satpam bilang: "Harus reservasi dulu beberapa bulan sebelumnya."
Kami bilang: "Iya, Pak, tapi kami lagi kebetulan aja ada di sini. Masa udah jauh-jauh dari Jatinangor kami harus balik lagi... Kasihanilah kami, Pak...."
Pak Satpam bilang: "Tidak bisa, De..."
Kami bilang: "Itu, Sherina & Saddam bisa, Pak?" [Saat itu sedang musim film "Petualangan Sherina" yang shooting di Bosscha.]
Pak Satpam bilang: "Harus rombongan, De. Ga boleh perorangan begini."
Kami bilang: "Kami juga rombongan kok, Pak. Rombongan dari UNPAD. Nih, kami liatin kartu mahasiswa kami..."
Pak Satpam bilang: "Tidak bisa, De..."
Kami bilang: "Nyentuh sedikiiiiiiiiiiiiiittttttt aja, Pak, bagian luarnyaaaaaa [gedung Bossha] aja....."
Pak Satpam bilang: "Tidak bisa, De..."

Baiklah. Tidak berhasil. Bahkan nyolek sedikit bagian luar gedung observatoriumnya saja tidak diperbolehkan. Hihihi...

Maka berakhirlah petualangan ilegal para penyusup Bosscha sore itu.


Kali kedua, aku datang dengan suami dan anakku. Kali ini legal. Kami sempat masuk ke dalam gedung observatorium utama yang berkubah, tempat teleskop Refraktor Ganda Zeiss berada, dan melihat teropong bintang terbesar itu. Kami memang datang di hari saat Bosscha dibuka untuk pengunjung. Dan malam itu kebetulan adalah malam bulan purnama. Jadi bukan cuma teropong utama yang dibuka, tapi beberapa teropong lainnya juga. (Maaf tidak ada foto ilustrasi, karena foto yang kami ambil kebanyakan foto narsis kami, jadi tidak saya pajang di sini.)

Teleskop utama, yaitu teleskop Refraktor Ganda Zeiss, sudah jarang digunakan, karena kondisinya yang sudah tua. Teleskop ini berada di sebuah gedung berkubah yang atapnya bisa dibuka dan diputar sesuai arah benda langit yang akan diamati. Teleskopnya besar, diletakkan di atas platform yang bisa diputar.

Selain teleskop di gedung utama, ada juga teleskop di gedung lain. Salah satu yang sempat kami tengok adalah teleskop Refraktor Bamberg. Teleskop ini panjang dan lumayan besar, walaupun jauh lebih kecil dibandingkan Zeiss. Terletak di gedung dengan atap yang juga bisa dibuka. Saya tidak tahu apakah area ini dibuka untuk umum atau tidak. Kami beruntung bisa masuk ke dalam gedungnya karena ada beberapa mahasiswa Astronomi ITB dan peneliti intern Bosscha yang hendak meneliti bulan di depan gedung tempat Bamberg berada. Mereka sedang menggunakan teleskop Refraktor Unitron. Dan mereka dengan baik hati mempersilakan anak kami untuk melihat bulan dengan teleskop Refraktor Unitron dan sedikit menengok Bamberg di dalam gedung.

Anakku sempat berkunjung lagi ke Bosscha bersama teman-teman dari TK-nya. Dia bisa melihat atap gedung Bosscha yang dibuka. Dan mereka pun disuguhi tontonan mengenai tata surya di ruangan lainnya.

Jadi Teman-teman, sebelum ke Bosscha, reservasilah terlebih dulu. Kalau tidak salah, Bosscha dibuka untuk umum hanya pada tanggal-tanggal tertentu setiap bulannya. Dan biasanya, kita mendapatkan izin kunjungan beberapa bulan setelah kita daftar. Bisa sampai 3 bulan lebih. Bersabarlah, karena penantian ini layak. Kalau mau mendaftar, jangan lupa ajak-ajak kami ya... hahaha... :D

No comments:

Post a Comment