Monday, May 5, 2014

Little Women


Little Women adalah film yang diadaptasi dari novel Louisa May Alcott dengan judul yang sama. Alcott membuat novel ini pada tahun 1917. Sedangkan film Little Women dibuat pada tahun 1994.

Ada juga film lain yang diadaptasi dari novel ini dan diceritakan dalam setting yang lebih modern, berjudul The March Sisters at Christmas, dibuat tahun 2012. Tapi menurutku film Little Women lebih bagus daripada film The March Sisters at Christmas, serta lebih mirip dengan bukunya, karena tetap mempertahankan setting jaman dulu, alih-alih modern.

Pertama kali saya mengetahui novel Little Women adalah dari komik Jepang berjudul Topeng Kaca (The Glass Mask). Saat itu Maya Kitajima (tokoh utama wanita di komik ini) diberi peran sebagai Beth (anak ketiga dari 4 bersaudara tersebut) untuk dipentaskan di teater.
(Kalau sudah membahas Topeng Kaca, saya pasti ingin membawa-bawa Masumi Hayami--tokoh utama pria di komik ini. Tapi sepertinya kali ini Masumi harus saya simpan sendiri, karena tidak berkorelasi dengan Little Women yang akan saya bahas, selain: betapa Masumi mengagumi peran Maya sebagai Beth... dan betapa saya mengagumi Masumi! Ehm...)


Oke, kembali ke filmnya.
Little Women ini dibintangi oleh aktris-aktris dan aktor yang kini sudah menjadi (lebih) terkenal. Dahulu mereka masih sangat muda. (Tentu saja).
Margaret "Meg" March, putri pertama dari March bersaudara, diperankan oleh Trini Alvarado. 


Josephine "Jo" March, putri kedua, diperankan oleh Winona Ryder. Dia adalah tokoh utama dari cerita ini. Dia senang menulis.


Elizabeth "Beth" March, putri ketiga, diperankan oleh Claire Danes. Beth sangat mahir bermain piano.


Amy March kecil, putri keempat, si bungsu, diperankan oleh Kirsten Dunst. (Aaw... so cute!)


Sedangkan Amy dewasa diperankan oleh Samantha Mathis.


Margaret "Marmee" March, ibu keempat putri ini, diperankan oleh Susan Sarandon.


Lalu ada Theodore "Laurie" Laurence, the boy next door, yang diperankan oleh Batman... ehm... Maksud saya Christian Bale. Laurie adalah cucu dari tetangga March bersaudara.


***

Do you know this saying: "There's always a bad egg in the family"?
Kalau dalam Pride & Prejudice, anak yang paling menyebalkan dari kelima bersaudara itu adalah Lydia Bennet. Sedangkan dalam Little Women, yang menyebalkan adalah Amy March.

Sejak awal menonton Little Women, saya sudah terpesona dengan tokoh Jo. Dia begitu energik, cerdas, cantik, dan semua atribut "menyenangkan" yang serupa itu. Yang tidak saya sukai adalah Amy March. Dan Louisa May Alcott.

(Louisa May Alcott? Tak salah tulis? Bukannya dia si pengarang cerita?)
Iya. Tidak. Dan Iya.
Dan "iya" lagi. Saya memang tidak menyukainya. Anda akan tahu penyebabnya setelah saya ceritakan alasannya nanti. :D

***

Keempat bersaudara ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Meg yang anggun dan keibuan. Jo yang penuh semangat dan cerdas. Beth yang penuh kasih sayang dan lembut. Serta Amy yang romantis dan oportunis. Mereka berempat tinggal di Concord, Massachusetts selama dan setelah Perang Sipil Amerika. Saat Ayah mereka pergi berperang, keempat bersaudara ini dibesarkan oleh ibu yang baik hati dan tegas. Mereka menjalani hari demi hari dengan belajar dan pergi ke sekolah.

Suatu hari Mr. Laurence, tetangga mereka yang kaya, kedatangan cucunya yang hendak tinggal bersama beliau, yaitu Laurie. Segera saja Laurie pun berteman akrab dengan keempat bersaudara tersebut. Tapi yang paling dekat dengan Laurie adalah Jo. Beth belajar piano pada kakeknya Laurie. Dan Meg mulai dekat dengan tutornya Laurie.

Suatu hari keluarga mereka dikejutkan dengan berita bahwa ayahnya terluka di medan perang. Maka sang ibu pun pergi untuk merawat ayahnya dan meninggalkan keempat bersaudara itu.

Beth yang penyayang dan lembut, mengunjungi pengungsi Jerman untuk memberi mereka makanan. Tapi keluarga pengungsi tersebut sedang terserang scarlet fever, dan Beth pun tertular darinya. Mereka pun mengirimkan si bungsu Amy untuk tinggal sementara dengan bibinya, Aunt March. Selama bertahun-tahun, Jo-lah yang selalu menemani Aunt March yang menyebalkan ini. Tapi Jo bersabar dan berharap suatu saat Aunt March akan membawanya ke Eropa. Akhirnya sang ibu pun kembali ke rumah.

Beberapa tahun berlalu. Mereka telah tumbuh dewasa. Meg telah menikahi tutor Laurie kendati Jo mengajukan ketidaksetujuannya. Dan Beth sudah kembali sehat, meskipun tak bisa kembali pulih seperti dulu.

Laurie yang selalu dekat dengan Jo akhirnya memberanikan diri untuk melamar Jo setelah dia lulus kuliah. Tapi tanpa diduga, Jo ternyata menolak. Jo hanya menyayangi Laurie sebagai teman. Atau kakak. Tak lebih dari itu. Laurie pun patah hati. Dia pergi ke London.

Tak lama setelah itu, Aunt March bukannya membawa Jo ke Eropa, tapi justru membawa Amy.
Jo yang kecewa akhirnya pergi ke New York. Di sana, dia terus menulis.
Suatu hari, Jo bertemu dengan seorang profesor berusia setengah baya yang sangat pintar, bernama Friedrich Bhaer. Jo senang berdiskusi dengannya. Dia memperkenalkan Jo dengan filsafat, memberi Jo buku-buku menarik untuk dibaca, dan mendorong serta membantu mengedit tulisan-tulisan Jo agar menjadi lebih baik. Jo juga sering bercerita tentang Laurie kepada Profesor Bhaer.

Di Eropa, Laurie bertemu dengan Amy. Entah untuk pelarian dari Jo atau bukan, Laurie menyatakan cinta pada Amy. Amy sejak dulu memang sudah jatuh cinta pada Laurie. Tapi saat itu dia menolak dan menyuruh Laurie untuk memperbaiki hidupnya terlebih dulu. Laurie pun bekerja pada kakeknya dan berusaha memperbaiki diri agar dia layak untuk Amy.

Jo dipanggil pulang karena kondisi Beth kembali menurun. Akhirnya, Beth, adik kesayangan Jo ini pun meninggal. Jo merasa sangat sedih. Dia mengurung diri di loteng dan mulai menuliskan kisah hidupnya. Kemudian dia mengirimkan naskahnya kepada Profesor Bhaer. Tak berapa lama setelah itu, Meg melahirkan bayi kembar.

Di Eropa, Amy berduka ditemani Laurie. Dia akhirnya menerima Laurie dan mereka pun menikah. Amy dan Laurie pulang ke Concord.

Aunt March yang meninggal, mewariskan rumahnya kepada Jo. Jo berencana membuat rumah itu menjadi sekolah.

Profesor Bhaer datang ke Concord untuk menyatakan persetujuannya pada naskah Jo. Tapi dia tidak sempat bertemu dengan Jo. Dia mendengar bahwa adik Meg telah menikah dengan Laurie. Profesor Bhaer mengira, Jo-lah yang menikah dengan Laurie. Maka dia pun pergi.

Jo yang baru pulang mendapati naskah yang diberikan oleh Profesor Bhaer. Dia kemudian mengetahui bahwa Profesor Bhaer sendirilah yang telah mengantarkannya. Jo segera berlari mengejar Bhaer. Bhaer mengucapkan selamat atas pernikahan Jo dengan Laurie. Tapi Jo menyanggah dan mengatakan bahwa yang menikah dengan Laurie adalah adiknya, Amy, bukan dia. Bhaer terkejut sekaligus senang. Maka dia pun langsung melamar Jo, yang kemudian diterima dengan sangat senang hati oleh Jo.

***

Oh come on.... Jo yang muda, energik, cantik, menyenangkan itu kenapa dipasangkan dengan profesor yang sudah tua?
Dan Amy? Amy yang oportunis ini seolah diberikan jackpot dengan mendapatkan Laurie.
Kalau saya penulisnya, saya akan menikahkan Jo dengan Laurie... hihihi....
Tapi yah, apa mau dikata, Louisa May Alcott berkehendak lain. Dan dia mahakuasa atas tulisannya. Tinggallah saya yang kecewa ini harus bisa menerima kenyataan pahit yang tak sesuai dengan keinginan saya.
Pfiuh....

Jo & Laurie

PS: 
In my version: Jo accept Laurie's proposal. Then they get married. Then Laurie build his empire and become...... BATMAAAANNN!!!!
POW!





1 comment: