By: Sri Noor Verawaty
Hari ini aku ingin bicara tentang binatang. Sering aku mendengar para pecinta binatang dan ilmuwan berkata bahwa binatang itu memiliki kepribadian, tak ubahnya manusia. Aku tak begitu paham apa maksudnya hingga melihat sendiri sebuah acara tentang beruang grizzly yang sedang berburu ikan salmon di musim semi. Tempatnya di Yossemith National Park. Yang menarik perhatianku adalah dua ekor induk beruang beserta anak mereka masing-masing. Induk beruang yang pertama memiliki tiga ekor anak. Dia berdiri di bebatuan yang membentuk jeram kecil sehingga saat salmon-salmon malang itu berusaha melompat melewati jeram, si induk beruang dengan sigap akan menangkap mereka dengan cakar atau moncongnya, kemudian memberikan salmon itu kepada anak-anaknya yang belum mahir. Begitulah cara si induk mengajarkan berburu kepada ketiga anaknya. Sedangkan induk beruang yang kedua ada di sungai bagian bawah, di tempat yang lebih landai. Dia adalah biang keributan. Setiap ada seekor beruang yang berhasil menangkap salmon, dengan segera si induk akan berlari, mengejar, berkelahi dan merampas salmon itu. Begitu dan begitu seterusnya. Tak pernah dia berusaha memancing salmon sendiri. Itulah teknik culas dia mengajari kedua anaknya mencari makan.
Panda. Panda termasuk keluarga beruang yang jumlahnya kini cukup menghawatirkan. Tapi saat aku mengetahui kenapa panda nyaris punah, aku pun maklum. Menipisnya jumlah panda di bumi ini sedikit banyak dibantu oleh ulah panda itu sendiri. Dalam soal makanan, panda sangat pemilih. Mereka hanya memakan daun bambu. Saat hutan bambu kian menipis, jelas persediaan makanan mereka pun demikian karena itulah satu-satunya menu makan mereka setiap hari. Tapi ternyata bukan hanya soal makanan saja mereka pemilih, soal pasangan kawin pun demikian. Dalam mencari pasangan, panda betina berlaku hard to get, jual mahal. Di sebuah tempat penangkaran di Cina, para ilmuwan harus sangat bersabar dalam usaha mereka untuk mengawinkan panda. Panda betina sangat pemilih. Dia belum tentu menyukai pasangan yang telah “dijodohkan” para ilmuwan untuknya. Well, kalo ini itu sepemilih panda, wajarlah kalo mereka hampir punah.
Sloth yang dalam bahasa Indonesianya adalah kungkang. Sloth sendiri arti harfiahnya adalah “malas/lamban”, seperti dalam “seven deadly sins”. Kenapa dinamai “sloth”/si lamban? Karena dia memang benar-benar sangat lamban. Gerakannya selalu berada dalam derajat slow motion. Jika dibandingkan dengan pergerakan normal, dia bereaksi tiga detik lebih lambat dari kecepatan normal. Jika dites refleks oleh dokter, aku tak yakin dia akan lulus. Bahkan jika sloth diadu balap dengan kura-kura sekalipun, kura-kura pasti menang dengan gilang gemilang. Aku rasa soundtrack sloth adalah lagu yang liriknya seperti ini: “Slooow… slooow… don’t need to hurry… sloow… sloow….” Yang aku pertanyakan, jika gerakan tubuhnya selambat itu, otaknya selambat apa?
Hyena yang diterjemahkan menjadi “dubuk” dalam bahasa Indonesia. Walaupun jika dilihat dari tampangnya yang “buluk” nama “dubuk” terasa pas, namun nama itu sama sekali tidak terdengar merdu di telingaku, jadi aku lebih suka menyebutnya hyena. Sejak pertama kali melihat rupa hyena, aku tidak menyukainya. Hyena tampak tidak ramah dan sangar. Bahkan jika dibandingkan, predator-predator lain seperti singa, cheetah, harimau, tampak jauh lebih rupawan dibandingkan dengan hyena. Terlebih lagi mendengar tabiat buruknya yang suka main rebut hasil buruan binatang lain, hyena pun mengukuhkan diri sebagai simbol sesuatu yang bengis, kasar, kejam dan menyeramkan bagiku. Hingga suatu hari ada yang membuatku menertawakan hyena hingga terpingkal-pingkal. Ternyata hyena-hyena jantan itu tak lebih dari “suami-suami takut istri”. Aku jadi merasa kasihan kepada mereka. Hyena jantan bertugas menjadi pemburu. Mereka berburu secara berkelompok, seperti singa dan anjing. Tapi setelah buruan didapat, hyena betinalah yang mendapatkan jatah makan pertama kali. Kelompok mereka dipimpin oleh hyena betina. Dan jika seekor hyena jantan ingin kawin dengan betina, dia harus mengendap-endap perlahan mendekati si betina. Jika si betina tidak menggonggong, si jantan akan semakin mendekat dengan jarak tertentu, kemudian dia menghormat dengan cara membungkukkan diri. He bends his knee! Unbelievable! Seperti bawahan menghadap ratu. Setelah itu, jika si betina menggonggong, si jantan akan lari pontang panting, menjauh. Tapi jika si betina diam saja, maka di jantan diijinkan kawin dengan dia.
Meerkat Manor. Pertama kali aku melihat binatang jenis ini adalah di film “Lion King ½” produksi Disney, tanpa mengetahui binatang apa itu sebenarnya. Aku menebak-nebak tapi tidak mengenalinya. Kali kedua aku melihatnya lagi bukan dalam bentuk kartun, melainkan bentuk real-nya di acara Meerkat Manor. Rupanya itulah nama binatang tersebut. Binatang yang satu ini sejenis pengerat, rumahnya di dalam tanah, mereka menggali lubang seperti tikus, tampangnya sedikit mirip musang atau mirip tupai, besarnya sebesar kucing domestik, dan hidup berkelompok. Ternyata hierarki dalam klan meerkat sangat canggih. Seperti hyena, kelompok mereka juga dipimpin oleh betina. Berbahagialah kaum feminis. Ratu meerkat memimpin secara absolut. Jika ada anak-anak perempuannya yang akan melakukan kudeta, maka sang ratu akan mengasingkan dia ke luar dari kelompoknya. Tanpa kelompok, seekor meerkat tidak akan bisa bertahan hidup. Biasanya dia akan mudah disergap oleh pemangsa, seperti elang atau hyena. Setiap kelompok meerkat memiliki baby sitter. Dia bertugas menjaga anak-anak yang masih di bawah umur di dalam sarang, pada saat seluruh anggota kelompok sedang sibuk berburu makanan. Menu makan mereka luar biasa: kalajengking!
No comments:
Post a Comment