Thursday, August 26, 2010

Dongeng – Märchen – Fairytale

Tidak banyak orang yang mengenal nama Sneewittchen maupun Aschenputtel. Tapi pada saat Snowwhite dan Cinderella disebutkan, mereka pasti langsung teringat pada sosok putri-putri cantik dalam dongeng tersebut. Dengan nama berbahasa Inggris, Snowwhite dan Cinderella jelas lebih terkenal dibandingkan dengan cerita aslinya, yaitu Sneewittchen dan Aschenputtel.

Sneewittchen dan Snowwhite memiliki inti cerita yang sama. Demikian pula dengan Aschenputtel dan Cinderella. Empat cerita tersebut digolongkan ke dalam jenis dongeng atau das Märchen atau fairytale.

Sebelum jaman Romantik, dongeng tidak dianggap sebagai sebuah karya sastra. Namun berkat rintisan Johann Gottfried Herder disusul oleh Jacob Grimm dan Wilhelm Grimm, maka dongeng di Jerman mulai diakui sebagai sebuah karya seni. Pada masa itu dongeng hanya disampaikan dari mulut ke mulut. Kemudian Grimm bersaudara mengumpulkan cerita-cerita rakyat tersebut dan dibuatlah sebuah manuskrip kumpulan dongeng yang diberi judul Kinder- und Hausmärchen. Buku ini berisi dongeng-dongeng seperti yang kita kenal sekarang, misalnya Sneewittchen, Rotcäppchen (Little Red Riding Hood), Hänsel und Gretel, Dornröschen (Sleeping Beauty), Der Froschkönig (Prince Frog), Allerleirauh (Goldenhair Princess), maupun Rapunzel.

Nama-nama tokoh dongeng tersebut bukanlah nama sebenarnya, melainkan hanya julukan, karena dalam dongeng tidak dimunculkan karakter indivudual.

Sudah merupakan rumus dongeng, bahwa inti cerita mereka akan mengalami modifikasi dari berbagai segi, baik itu alur, bumbu-bumbu cerita maupun proses penyampaiannya. Dimulai dari dongeng yang hanya diceritakan lisan, lalu dibukukan, kemudian dibuat film animasinya, hingga dibuat website dongeng di internet. Seiring dengan perkembangan teknologi pula, Rotcäppchen yang dahulu diceritakan berjalan kaki melintasi hutan menuju rumah neneknya, ditambahlah modifikasi baru menjadi bersepeda, bahkan naik mobil dengan setting kota besar dalam sebuah versi kartun buatan Hollywood. Meski demikian, inti cerita dan unsur-unsur tertentu dalam dongeng masih ada yang tetap dipertahankan keberadaanya.

Selain tokoh protagonis, antagonis dan tokoh pahlawan, dongeng juga diramaikan oleh tokoh-tokoh supranatural seperti kurcaci (dalam dongeng Sneewittchen), nenek sihir (Hänsel und Gretel, Rapunzel), peri (Dornröschen), raksasa dan binatang-binatang yang dapat berbicara (Rotcäppchen, Der Froschkönig). Tokoh protagonis biasanya adalah seorang putri raja yag cantik jelita tetapi ditinggal mati ibu kandungnya. Tokoh antagonis didominasi oleh ibu tiri-ibu tiri yang jahat. Sebagian dari mereka juga menjabat sebagai selir raja pengganti permaisuri yang telah meninggal. Kemudian, tokoh pahlawan adalah pangeran-pangeran tampan atau raja-raja muda dari negara tetangga.

Warna yang dipakai cenderung berkisar pada merah, putih, hitam, emas dan perak. Angka yang sering muncul dalam dongeng, antara lain angka tiga, duabelas (simbol untuk sesuatu yang baik), tigabelas (simbol untuk yang buruk).

Adapun kalimat pembuka dongeng sangatlah khas. Dimulai dengan “Es war einmal,…” dalam bahasa Jerman, atau ”Once upon a time,…” dalam bahasa Inggris dan “Konon pada jaman dahulu kala,…” dalam bahasa Indonesia. Berakhir dengan kalimat klise: “…und sie lebten vernügt bis an ihr Ende.”, atau ”…and they live happily ever after.”, atau “…dan mereka hidup bahagia selama-lamanya.”. Disertai dengan hukuman yang setimpal untuk tokoh-tokoh yang jahat, yang biasanya berupa kematian.

Beberapa dongeng Jerman, seperti yang telah disebutkan di atas, telah banyak yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Namun naskah yang diterjemahkan tersebut biasanya diambil dari naskah-naskah berbahasa Inggris, bukan dari naskah dongeng berbahasa Jerman, misalnya Putri Salju, Putri Abu, Putri Tidur dan Hans dan Gretel.

Jika kita telaah lebih jauh, Indonesia pun mempunyai dongeng rakyat yang inti ceritanya mirip dengan dongeng rakyat Jerman, yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih, mirip dengan Frau Holle. Sedangkan dongeng Kancil dan Kura-kura atau Kancil dan Siput yang mengadakan lomba lari, mirip dengan cerita Hase und Igel (kelinci dan landak). Adapun kebodohan tokoh cerita rakyat Sunda, Si Kabayan, adalah sebanding dengan Hans dalam Hans im Glück.

Sri Noor Verawaty
30-08-2003

No comments:

Post a Comment