Tuesday, August 24, 2010

Harry Potter Vs. Hiccup Horrendous Haddock III

Di skripsi saya, tahun 2004, saya menulis tentang prototipe penokohan dengan menggunakan konsep isotopie, yaitu analisis elemen-elemen sejenis, dengan batasan sebagai berikut:
“Sarat minimal yang harus dipenuhi Isotopie adalah jika dua leksem yang terdapat dalam sebuah teks mempunyai kaitan erat, dan paling sedikit memiliki satu ciri semantik yang sama (contoh: mobil — kendaraan bermotor). Dalam hal ini, ciri-ciri semantik tersebut tidak disajikan secara langsung, namun melalui metode yang berbeda atau harus melalui penyimpulan, yang juga berfungsi sebagai pengulangan sem, di mana Isotopie sebuah teks tidak dapat dipahami langsung karena tidak terdapat secara eksplisit di dalam teks.” (Jansenn, Hildegard dan Harro Stammerjohann: Handbuch der Linguistik: Allgemeine und Angewandte Sprachwissenschaft, 1975: 203)

Selera anak-anak berubah setelah dunia digebrak oleh sebuah dongeng berfantasi tinggi karya J.K. Rowling: Harry Potter (di Inggris diterbitkan oleh Arthur Levine Books, 1997. Di Indonesia, hak ciptanya dipegang oleh Gramedia Pustaka).

Selain Harry Potter, buku-buku fantasi serupa turut pula mewarnai dunia anak-anak jaman sekarang. Beberapa di antaranya adalah The Chronicles of Narnia (C.S. Lewis), Eragon (Christopher Paolini), dan yang baru diluncurkan di Indonesia oleh penerbit Little K adalah Hiccup Horrendous Haddock III (Cressida Cowell. Buku satu, yaitu Hiccup Horrendous Haddock III : How To Train Your Dragon, terbit tahun 2003 di Inggris oleh Hodder Children’s Book. Buku ke dua yang berjudul Hiccup Horrendous Haddock III: How To Be A Pirate, terbit tahun 2004).

Cory Doctorow dan Karl Schroeder dalam bukunya The Complete Idiot’s Guide to Publishing Science Fiktion, mengelompokkan cerita fiksi fantasi ke dalam beberapa golongan, di antaranya adalah modern urban fantasy, dengan klasifikasi: ceritanya terjadi di dunia nyata dan dunia fantasi terselip di dalamnya.

Dari beberapa cerita yang telah disebutkan di atas, ada dua cerita yang ingin saya garis bawahi, yaitu Harry Potter dan Hiccup Horrendous Haddock III, karena dua cerita tersebut termasuk ke dalam kotak modern urban fantasy.

Setelah saya membaca Hiccup Horrendous Haddock III, pikiran saya langsung teringat akan the famous—Harry Potter. Kendati Hiccup menyuguhkan cerita yang sama sekali berbeda dengan Harry Potter, tetapi ada beberapa hal yang—dari sudut pandang saya—memiliki persamaan.

Penokohan pribadi Harry Potter dan Hiccup memang berbeda. Harry adalah seorang penyihir yatim piatu, sedangkan Hiccup adalah putra seorang kepala suku Viking, namun mereka memiliki persamaan karakter. Berikut ini adalah uraian lebih lanjut mengenai kemiripan-kemiripan (analisis isotopie) yang terdapat dalam kedua buku ini:

• Kemampuan Unik
Harry dan Hiccup ternyata memiliki kemampuan unik. Harry bisa berbicara dengan ular, sedangkan Hiccup bisa berbicara dengan naga. Kemampuan tersebut tidak dimiliki oleh sembarang orang. Di buku Harry Potter and The Chamber of Secret, hanya Harry dan Voldemort yang bisa berbicara dengan ular. Sedangkan di buku Hiccup Horrendous, hanya Hiccup yang bisa mengerti dan bisa berbicara bahasa naga.

• Lokasi: Pulau Antah Berantah
Jika Harry sekolah di sekolah sihir Hogwarts yang terletak di sebuah pulau yang entah di mana. Hiccup bersekolah “untuk menjadi Viking sejati” di sebuah pulau kecil tempat sukunya bermukim.

• Payah Dalam Pelajaran
Dalam buku pertama Harry Potter and The Sorcerer Stone diceritakan bahwa Harry sangat payah dalam pelajaran-pelajaran sihir, terutama di kelas Professor Snape. Hiccup bernasib sama dengan Harry. Dia juga sangat payah dalam semua pelajaran.

• Perawakan dan Rambut
Perawakan Harry (di dalam buku, bukan film) dan Hiccup tidak jauh berbeda. Mereka sama-sama bertubuh ceking. Rambut Harry selalu acak-acakan dan menutupi bekas luka di dahinya. Sedangkan rambut Hiccup selalu berdiri ke atas (seperti “rambut-nanas” Tao Ming Tse dalam Meteor Garden).

• Binatang Peliharaan
Hiccup memiliki seekor binatang peliharaan yang setia, yaitu naga bernama Toothless Daydream. Harry pun memiliki binatang peliharaan, yaitu seekor burung hantu bernama Hedwig. Dari segi karakter dan gaya bicara, Toothless memang tidak mirip dengan Hedwig, tapi lebih mengingatkan saya akan tokoh Dobby si Peri Rumah di buku Harry Potter and The Chamber of Secret.

• Karakter Tokoh Utama
Harry dan Hiccup—seperti tokoh-tokoh dongeng lainnya—memiliki sifat yang baik hati dan low profile. Sifat ini juga bisa dilihat dari orang-orang yang mereka pilih untuk dijadikan sahabat, yaitu orang-orang yang “biasa-biasa saja”.

• Sahabat Tokoh Utama
Entah kenapa, tokoh utama dari kedua buku ini tampaknya memiliki sahabat yang pathetic—menyedihkan! Ronald Weasly, sahabat Harry, datang dari keluarga kelas menengah—yang walaupun ayahnya bekerja di Kementrian Sihir, tapi mereka miskin. Penampilan fisik Ron biasa-biasa saja dan dia juga tidak terlalu pintar dalam pelajaran. Dalam keluarganya, dia adalah salah satu “produk gagal” jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya yang mendulang kesuksesan di dunia sihir.
Keadaan sahabat Hiccup—Fishlegs—juga sangat menyedihkan. Fishlegs adalah anak underdog jika dibandingkan dengan anak-anak lainnya di suku mereka, baik dari segi penampilan fisik maupun kemampuan intelegensia.

• Tokoh Antagonis
Setiap tokoh utama selalu mempunyai rival. Rival Harry Potter adalah Draco Malfoy. Dia datang dari keluarga bangsawan. Kecuali sifatnya yang buruk, seluruh karakteristik seorang “anak hebat” ada pada dirinya. Bahkan dalam filmnya, tokoh Malfoy diperankan oleh anak yang sama sekali tidak buruk rupa.
Tokoh antagonis dalam buku Hiccup bernama Snotface Snotlout. Dia adalah sepupu Hiccup. Dari segi fisik, Snotlout adalah seorang Viking sejati. Selain otonya, dia juga ahli memainkan senjata dan pantas mewarisi kursi ketua suku, dibandingkan dengan Hiccup. Seperti Malfoy, Snotlout juga memiliki karakteristik “anak hebat”.
Kedua tokoh antagonis ini tentu saja memiliki sifat-sifat “tidak baik”, misalnya selalu iri hari pada tokoh utama dan culas.

• Sahabat Tokoh Antagonis
Baik dalam buku Harry Potter maupun Hiccup, tokoh antagonisnya selalu mempunyai faithful fellow (baca: tukang pukul) yang otaknya ada di otot. Bodyguard Malfoy adalah Crabbe dan Goyle. Sedangkan tukang pukul Snotlout bernama Dogsbreath The Duhbrain. Uniknya, para faithful fellow ini sama-sama memiliki tubuh gemuk, baik di buku Harry maupun Hiccup.

• Olahraga Aneh
Jenis olahraga ”aneh”? Itu juga ada dalam Hiccup. Kita tahu dalam Harry Potter, Rowling menciptakan sejenis permainan fantasi yang cukup memikat, bernama quidditch. Dalam buku Hiccup, mereka mempunyai permainan yang bernama bashyball.

• Binatang Supranatural
Untuk binatang-binatang supranatural, Hiccup tak kalah ajaib dari Harry Potter. Selain naga (naga biasa dan naga laut spesies Seadragonus Giganticus Maximus yang ukurannya 20 kali lebih besar dari T-rex), di buku ke dua “How To Be A Pirate” ada binatang-binatang fantasi lainnya bernama Skullion (binatang ini buta dan tuli, tapi memiliki penciuman yang sangat tajam, pemakan segala macam) dan Strangulator (campuran reptil + ubur-ubur, dan bisa berbicara). Sedangkan dalam Harry Potter, banyak sekali binatang ajaib peliharaan Hagrid, dari mulai naga, laba-laba raksasa, campuran antara kuda dan elang, bahkan binatang yang invicible. Ada pula burung phoenix milik Dumbledore.

• Orangtua yang Bijaksana
Berbicara mengenai Dumbledore yang bijaksana, Hiccup juga memiliki kakek tua bernama Old Wrinkly yang juga sangat bijaksana. Old Wrinkly adalah orang yang paling pintar dan paling tua dalam suku Hairy Hooligan—suku Hiccup.

Entah mengikuti selera pasar atau tidak, kedua buku ini menyuguhkan elemen-elemen yang memiliki kemiripan. Bisakah formula dongeng fantasi seperti di atas menggantikan kejayaan Snowwhite, Cinderella, dan Sleeping Beauty?

By: Sri Noor Verawaty

No comments:

Post a Comment