By: Sri Noor Verawaty
Di Nat Geo Adventure ada dua acara yang host-nya sama-sama pergi ke Korea Utara (mereka lebih suka disebut “Democratic People’s Republic of Korea”—DPRK), yaitu "Don't Tell My Mother" (Host: Diego Bunuel) dan "Departures" (Host: Scott dan Justin). Mereka pergi ke Korea Utara untuk melihat langsung negara yang memiliki image kurang baik di mata hampir sebagian besar penduduk dunia. Negara tertutup berideologi sosialis komunis yang masih mendeklarasikan Amerika sebagai musuh terbesar mereka bahkan hingga sekarang.
Mari kita review sekilas keadaan di Korea Utara.
Seluruh warga Korea Utara (Korut) didoktrin untuk membenci Amerika, dan doktrin ini sukses besar. Warga Korea Utara benar-benar membenci Amerika, setidaknya yang menengah ke bawah. Mereka menyalahkan Amerika dalam berbagai hal, termasuk karena mereka dikenai embargo ekonomi di tahun 1950 dan pembekuan aset-aset Korut (baca http://www.state.gov/r/pa/ei/bgn/2792.htm). Rakyat Korut (terutama yang kelas menengah ke bawah) sangat mendewa-dewakan Kim Il Sung. Apapun yang mereka terima dari siapapun, mereka akan berterimakasih dan menyembah Kim Il Sung. Di sebuah acara lain (lupa nama programnya) diperlihatkan sebuah event operasi katarak masal, setelah perban di mata orang-orang itu dibuka, mereka lantas menangis, sangat berterimakasih, memuji-muji, menyembah-nyembah foto mendiang Kim Il Sung sambil tak berhenti berkata, “Terima kasih Pemimpin Besar…” yang jelas-jelas sudah meninggal dan tidak ada hubungannya sama sekali dengan operasi mereka yang diadakan oleh para relawan dokter.
Di Korea Utara segalanya didasarkan atas keseragaman. Masih di acara itu juga, setiap pagi sebelum masuk kerja, para buruh pabrik bersenam pagi sambil menyanyi (lagu berisi propaganda pemerintah atau tentang kebencian mereka kepada Amerika). Semua orang diawasi (baca: dimata-matai) dan “para pengawas” ini (kaki tangan pemerintah) bertebaran di mana-mana. Tidak ada kebebasan di sana. Semua warga harus hati-hati dan menjaga ucapannya, terutama jika itu menyangkut pemerintah. Jika seseorang terdengar (dan percayalah banyak “telinga” pemerintah di mana-mana) mengucapkan sesuatu yang kurang bagus tentang pemerintah, dia dan seluruh keluarga dekatnya akan dikirimkan ke sebuah camp khusus (penjara yang hanya Tuhan yang tahu apa yang terjadi di dalamnya) dan jangan berharap bisa keluar dari sana seumur hidup. Percayalah, berkali-kali lipat lebih buruk dari jaman Orde Baru kita.
Seperti Tembok Berlin di Jerman dahulu, di Korea pun ada tembok penghalang perbatasan dengan Korea Selatan di sebelah selatan dan China di sebelah Utara. Jadi selain menutup diri dari segala macam akses dari luar (hal ini memungkinkan doktrin pemerintah terhadap rakyat tetap terjaga), Korea Utara juga benar-benar menutup diri secara harfiah. Perbatasan dijaga dengan ketat oleh tentara yang berjaga setiap beberapa meter dan dipersenjatai lengkap, dan pagarnya memiliki kawat berduri yang diberi strum. Seperti juga penghuni kuburan, yang sudah ada di dalam, jangan harap bisa keluar. Banyak orang yang berusaha melarikan diri dari Korea Utara berakhir mengenaskan, hangus terpanggang di pagar perbatasan.
Sekarang mari kita review apa yang diperlihatkan di Don’t Tell My Mother dan Departures.
Walaupun ketiga host itu masuk ke negara yang sama, tapi mereka keluar dengan sudut pandang yang berbeda. Di Departures, Scott dan Justin (keduanya adalah orang Kanada, jadi bisa dengan mudah masuk ke Korea Utara) mengatakan "Ternyata Korea Utara tidak seburuk yang mereka bayangkan sebelumnya." Scott dan Justin datang untuk berwisata, jadi merekapun pergi ke daerah-daerah wisata. Mereka menyelami kehidupan dan menyelami masyarakat Korut, mendengarkan ideologi dan sudut pandang mereka terhadap dunia. Scott dan Justin “memanusiawikan” Korut dan mencoba memahami serta menempatkan diri di posisi Korut. Scott dan Justin melihat dan menyerap apa yang Korut ingin mereka lihat.
Di Departures dijelaskan bahwa seluruh wisatawan yang datang ke Korut akan ditempatkan di sebuah pulau. Seluruh wisatawan akan selalu “ditemani” oleh dua orang “penerjemah”. Penerjemah ini akan “mengikuti” mereka ke manapun mereka pergi. Dia akan memberitahu apa yang boleh diliput dan apa yang tidak (misalnya militer), dia akan memberitahukan peraturan-peraturan yang ada di sana dan list peraturan ini sangat panjang, hingga berlembar-lembar. Misalnya saat mengambil gambar patung Kim Il Sung (mendiang presiden Korut yang masih dianggap sebagai pemimpin/presiden resmi Korut dan disembah bagaikan dewa oleh rakyatnya, ayahnya presiden yang sekarang—Kim Jong Il, baca: http://en.wikipedia.org/wiki/Kim_Il-sung), kameramen harus menyorot keseluruhan postur patung itu, jangan hanya sebagian tubuhnya saja, karena hal itu dianggap tidak sopan. Bahkan jika ingin pergi ke sana, kita harus hati-hati pula dalam memilih pakaian. Para “penerjemah” ini akan mengarahkan kita ke tempat-tempat yang “mereka ingin kita lihat”, bukan tempat yang “ingin kalian lihat”. Alias hanya tempat-tempat yang terlihat bagus dan yang “membuktikan” keberhasilan negara mereka.
Sementara Diego Bunuel (kalau tidak salah berkebangsaan Prancis) yang memang seorang jurnalis sekaligus produser acara Don’t Tell My Mother ini, datang untuk “melihat” apa yang tidak ingin mereka perlihatkan.
Jika kameramen Departures menyorot deretan apartemen bercat indah dan rapi dari kejauhan, sebaliknya, kameramen Don’t Tell My Mother menyorotnya dari dekat dan melihat ternyata apartemen itu hanya dicat indah dan rapi di bagian muka saja, dan ternyata di baliknya sangat kumuh dan bobrok. Dan di halaman apartemen, di pinggiran jalan, di manapun ada sedikit tanah kosong, warga Korut menanaminya dengan padi untuk menyambung hidup mereka.
Sementara rakyatnya mengais-ngais untuk bertahan hidup dari kelaparan, sang presiden hidup dalam kemewahan. Diego menyebutkan bahwa Kim Jong Il memiliki koleksi mobil-mobil mewah dan gemar berfoya-foya.
Saat memasuki sebuah mall kelas atas, Diego dilarang meliputnya. Jadi diam-diam merekapun mengambil gambar dengan hidden camera. Ternyata di mall khusus untuk kelas atas itu tersedia berbagai macam produk makanan yang dieksport dari Amerika. Termasuk Oreo. Dan saat Diego pergi ke daerah pedesaan dan menginap di sebuah hotel bagus yang hanya dikunjungi orang-orang tertentu saja (kelas atas), seluruh peralatan kamar mandi di sana bermerk “American Standard”. Whatta hypocrite!
Baik Diego maupun Sott & Justin, mereka sama-sama pergi ke perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan. Tapi Scott & Justin menyoroti kunjungan mereka ke seorang Jendral (kalau tidak salah pangkatnya) dan mendengarkan ceramah si Jendral tentang ideologi dan sudut pandang Korut terhadap Amerika dan dunia luar. Sementara itu, Diego memperlihatkan bahwa di perbatasan itu ada tiga tentara yang berdiri di gerbang perbatasan dengan posisi saling berhadapan (baca: mengawasi) satu sama lain, jadi jika ada salah satu dari mereka tiba-tiba melarikan diri menuju Korea Selatan yang hanya beberapa langkah lagi, teman tentaranya bisa langsung menembak di tempat.
Menurutku rakyat kelas menengah ke bawah itu telah dibodoh-bodohi, mereka seperti orang buta tuli yang naif, sangat keras kepala dengan pendirian mereka, padahal mereka ditipu habis-habisan oleh pemimpin mereka sendiri. Kasihan sekali mereka atas ketidaktahuan mereka. Sungguh-sungguh kasihan. Tapi inilah bukti doktrin yang sukses. Dan mungkin harus begitu jika si presiden ingin tetap mempertahankan kekuasaannya.
No comments:
Post a Comment