Tuesday, March 6, 2012

Shaken Baby Syndrome (SBS)

By: Sri Noor Verawaty

Shaken Baby Syndrome (SBS, atau ada pula yang menyebutnya dengan istilah Abusive Head Trauma/AHT) adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan bentuk child abuse (kekerasan pada anak) yang disebabkan oleh guncangan keras pada bayi—yang biasanya dilakukan dalam keadaan marah, untuk memaksa bayi agar berhenti menangis atau merengek. Kondisi ini biasanya terjadi pada bayi yang berusia kurang dari 1 tahun.

SDS bisa terjadi bahkan jika guncangan itu hanya dilakukan selama 5 detik saja.
Guncangan keras pada bayi bisa menyebabkan cedera otak parah dan permanen, cedera syaraf tulang belakang, pendarahan pada mata (retinal hemorrhages), dan bahkan kematian. Korban SDS rata-rata berusia 3 hingga 8 bulan, namun ada pula laporan yang menyebutkan SDS menimpa bayi yang baru lahir hingga anak berusia 4 tahun.

SDS sebagian besar adalah akibat dari child abuse yang umumnya dilakukan oleh orang tua atau baby sitter/pengasuh/pembantu yang mengguncang-guncang si bayi dalam keadaan marah sebagai respon terhadap tangisan yang tak kunjung henti. Namun ada pula beberapa kasus SDS yang disebabkan oleh kelalaian yang tidak disengaja, seperti membawa bayi yang baru lahir berjogging di dalam gendongan. Namun cedera dari kasus-kasus kelalaian yang tidak disengaja ini jarang yang separah cedera yang disebabkan oleh trauma child abuse. Permainan yang lembut atau mengayun-ayun bayi di lutut tidak akan menyebabkan SDS.

Penyebab
Bayi memiliki otot leher yang sangat lemah, sedangkan proporsi kepala mereka—jika dibandingkan dengan ukuran tubuhnya secara keseluruhan—sangatlah besar dan berat. Selain itu, otak bayi yang “belum matang” dan membutuhkan ruang untuk berkembang, menyisakan “kekosongan” di antara tengkorak dan otak. Guncangan keras pada bayi bisa menyebabkan otak berguncang dan membentur tengkorak sehingga mengakibatkan cerebral contusions (luka/memar pada jaringan otak) dan pecahnya pembuluh darah.

Secara umum, cedera yang berhubungan dengan SDS adalah pendarahan di sekitar otak (subdural dan subarachnoid hemorrhages), pendarahan pada mata (retinal hemorrhages), dan cedera tulang belakang atau cedera leher. Bayi yang bersangkutan juga bisa memiliki bukti cedera yang tidak disengaja, termasuk memar-memar, patah tulang rusuk, atau patah tulang extremity (kaki atau tangan).

Gejala
Cedera yang berhubungan dengan SBS belum tentu bisa terlihat dengan segera. Bayi bisa jadi memiliki kelihan yang tidak spesifik, seperti rewel dan muntah. Gejala ini disebabkan oleh bertambahnya tekanan di dalam otak (intracranial pressure) yang disebabkan oleh brain hemorrhages (pendarahan otak) dan pembengkakan. Bayi yang bersangkutan juga bisa menunjukkan gejala tambahan seperti lethargy (lesu), mengalami kesulitan bernapas, dan seizures (kejang-kejang). Berikut ini rinciannya:
• Seizures (kejang-kejang)
• Kewaspadaan menurun, tidak mampu memfokuskan mata atau melacak gerakan
• Sangat rewel/mudah marah atau ada perubahan perilaku lainnya
• Lethargy (lesu), mengantuk, tidak tersenyum atau bersuara
• Kehilangan kesadaran
• Kehilangan penglihatan
• Kesulitan/tidak bernapas
• Pucat atau kulit kebiruan
• Tidak mau mengisap atau menelan
• Napsu makan berkurang
• Muntah
• Kaku
• Ukuran pupil mata tidak sama
• Tidak mampu mengangkat kepala.

Pencegahan
• Jangan pernah mengguncang-guncang bayi atau anak kecil, baik pada saat bermain atau saat marah.
• Jangan menggendong bayi saat Anda sedang bertengkar.
• Jangan “mendisiplinkan” anak saat Anda dalam keadaan marah.
• Laporkan child abuse ke polisi, komisi perlindungan anak, atau pihak-pihak yang terkait, jika Anda mencurigai telah terjadi child abuse di sekitar Anda.
• Jika Anda merasa tidak sabar dan mudah marah pada bayi atau anak Anda, taruhlah dia di ranjangnya yang aman dan keluarlah dari ruangan. Tenangkan diri dan mintalah pertolongan dari teman atau keluarga Anda.
• Mintalah bantuan konselor, psikolog atau orang-orang yang berkompetensi di bidangnya.

Pengobatan
Bayi yang mengalami SDS membutuhkan pertolongan medis dengan segera, termasuk bantuan pernapasan, bahkan operasi.

Akibat SDS
SDS seringkali mengakibatkan kerusakan permanen dan dalam kasus terburuk, bayi/si anak meninggal disebabkan oleh luka yang mereka alami. Sedangkan anak-anak yang selamat dari kematian bisa jadi menderita:
• Kebutaan parsial atau total
• Gangguan pendengaran
• Kejang-kejang
• Keterlambatan pertumbuhan
• Gangguan kecerdasan
• Kesulitan berbicara dan belajar
• Ada masalah dengan memori dan perhatian
• Keterbelakangan mental yang berat
• Cerebral palsy (lumpuh otak)

Translated and taken from:
http://www.medicinenet.com/shaken_baby_syndrome/page2.htm ---> with Medical Author: David Perlstein, MD, MBA, FAAP., and Medical Editor: William C. Shiel Jr., MD, FACP, FACR.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000004.htm
http://kidshealth.org/parent/medical/brain/shaken.html

No comments:

Post a Comment