Thursday, January 7, 2016

Situ Patenggang Ciwidey: Sebuah Maskawin yang Sungguh Memberatkan

To Grammar Nazis: sudahlah.... Nikmati saja pemandangannya.

Situ (danau) Patenggang adalah danau yang kebingungan. Menentukan namanya sendiri pun dia bingung.

Okay, I'm kidding here. Tapi memang ada beberapa nama yang melekat pada danau yang satu ini, antara lain Situ Patenggang, Situ Patengan, dan Situ Pateangan.

Situ Patenggang adalah nama yang paling terkenal dan nama yang tercetak di depan pintu gerbang menuju ke danau. "Patenggang" dalam bahasa Sunda artinya "terpisah." Sedangkan Situ Patengan atau Situ Pateangan berasal dari kata "pateangan" (saling mencari) dalam bahasa Sunda.

Konon menurut legendanya, Ki Santang dan Dewi Rengganis saling jatuh cinta tapi kemudian mereka patenggang (terpisah) lama. Meski demikian, cinta mereka tidak juga padam. Jadi mereka pun pateangan (saling mencari) satu sama lain dan berjanji untuk bertemu di suatu tempat, yang sekarang dinamakan Batu Cinta. Batu Cinta ini terletak di Pulau Asmara, yaitu di tengah Situ Patenggang.

Sampai di sini, ceritanya terdengar indah dan romantis. Tapi jika kita lanjutkan, kita akan menemukan pola cerita legenda yang sangat khas: Dewi Rengganis minta dibuatkan sebuah perahu dan danau.


Entah kenapa, putri-putri zaman dahulu ini memang suka meminta pembuktian cinta yang sangat berat kepada calon-calon suami mereka. Dewi Rengganis minta dibuatkan sebuah perahu dan danau. Dayang Sumbi minta dibuatkan perahu dalam semalam. Roro Jongrang minta dibuatkan seribu candi sampai matahari terbit. Kenapa mereka tidak meminta maskawin yang sederhana saja, seperti "seperangkat alat salat dibayar tunai?"
Betapa memberatkan....


Ah baiklah... Kita kembali ke dunia nyata.
Situ Patenggang ini terletak di Ciwidey, Bandung Selatan, yaitu pada 1.600 meter di atas permukaan laut. Luasnya mencapai 45.000 hektar pada musim penghujan. Tapi pada musim kemarau, luas Situ Patenggang akan menyusut dan danaunya akan terbagi, salah satunya menjadi danau kecil yang lebih dangkal. Dan kita bisa berjalan-jalan di tengah danau yang mengering ini.


Situ Patenggang hanya berjarak sekitar 7 KM dari Kawah Putih, dan danau ini sangat layak untuk dikunjungi. Jika Anda datang pagi-pagi, Anda bisa menyaksikan matahari terbit berlatar belakang danau yang indah. Dan jika Anda beruntung (mungkin Anda harus datang pada musim penghujan), Anda akan mendapati pemandangan berkabut yang indah di sini.

Sayangnya, saat itu kami datang pada musim kemarau, jadi tidak ada kabut meski kami datang pagi-pagi. Dan tidak ada semburat lembayung jingga di langit.


Meski demikian, tempat ini sangat kami rekomendasikan untuk para pecinta wisata alam. Anda bisa berjalan-jalan menikmati pemandangan danau, berperahu ke tengah danau lalu menyeberang ke kebun teh, atau hanya duduk-duduk sambil membuka bekal piknik di saung-saung bambu di tepi danau.

Tempat ini memiliki banyak spot indah untuk berfoto, terlebih lagi sekarang sudah dibenahi dan dipercantik. Bahkan di perjalanan menuju ke sana pun, Anda sudah akan disuguhi pemandangan ala Shire, kampung halaman the Hobbit. Kebun teh berbukit dan berbatu terhampar luas dengan jalanan yang berkelok-kelok indah.


Dengan semua yang akan Anda dapatkan tersebut, Anda hanya perlu membayar Rp18.000,00 per orang pada hari biasa, dan Rp20.500,00 pada akhir pekan atau hari libur. Itu untuk wisatawan lokal. Sedangkan untuk wisatawan mancanegara, tarifnya adalah Rp135.000,00 pada hari biasa, dan Rp185.000,00 pada akhir pekan. Sedangkan tiket parkir mobil adalah Rp11.500,00, dan motor Rp3.500,00.



Murah. Indah. Dan Instagram Anda bisa dipenuhi oleh foto-foto cantik. :)


No comments:

Post a Comment