Monday, February 26, 2018

Belajar untuk Tenang di Kala Badai


Selama dua tahun lebih membangun Kontenesia, aku yang introver dan tidak suka berinteraksi dengan (drama) manusia, dipaksa bertemu dengan berbagai jenis klien. Kontenesia memang telah menjungkirbalikkan duniaku. Dan karena jungkir balik inilah, aku jadi belajar banyak hal yang sebelumnya tidak kuketahui, salah satunya adalah berusaha tenang di kala badai.

Omong-omong soal badai, beberapa bulan terakhir ini Kontenesia memang sering diterpa badai, yaitu sejak tim business development kami bertambah menjadi tiga orang. Mendadak order yang masuk semakin berlimpah. Mendadak pula kami harus merekrut lebih banyak penulis. Puluhan manusia baru dengan beragam pertanyaan newbie yang jawabannya sebenarnya sudah aku berikan lengkap di SOP.


Penulis-penulis baru ini akan memasuki Masa Pengamatan selama 3 bulan untuk menentukan apakah mereka lolos menjadi penulis Kontenesia atau dieliminasi. Masa Pengamatan selalu menjadi masa yang sangat melelahkan karena kami--tim editor--harus memeriksa pekerjaan setiap penulis baru dengan intensif dan memberikan umpan balik agar mereka bisa belajar dan berkembang untuk menjadi lebih baik.


Badai mengejutkan berikutnya adalah saat masuk order dari sebuah marketplace ternama di Indonesia yang katanya hendak memesan sekitar 300 artikel, ternyata pada hari H malah memesan 600 artikel lebih dengan tenggat super ketat: 2 minggu saja. Ini di luar order-order dari klien lain yang sudah masuk. Ini sih bukan badai lagi, tapi tornado! :D

Tenaaang! Plan A dan plan B disiapkan. Menangani pekerjaan sebanyak itu dengan jumlah penulis yang ada dan tenggat yang mencekik... Hmmm... Aku lupa bagaimana ceritanya, yang jelas kami semua berhasil melaluinya dengan sukses. Itu hari yang bersejarah bagi kami. :D Semua tim, mulai dari penulis, editor, hingga tim foto, bekerja super keras untuk menyelesaikan penulisan, pengeditan, hingga pengunduhan artikel ke situs klien.

Dan Allahu Akbar! Kami berhasil mengunduh artikel terakhir ke situs klien tepat pukul 10 malam, sesuai jam tenggat yang dijanjikan. In the end of that fateful day, I really wanna hug all my team--especially all my beloved editors--in tears of relieved. Tapi karena kami tim virtual yang tersebar di mana-mana, jadi malam itu kami cuma bisa berpelukan secara virtual pula. :D

Besok-besok, dengan tim sehebat ini, aku berani mengiyakan tawaran membangun 1.000 candi dalam semalam!


Badai berikutnya yang mengagetkan adalah saat mendapatkan tawaran untuk menangani copywriting ratusan events reguler setiap bulan. Ratusan acara dengan kebutuhan 3 sampai 5 copywriting untuk setiap acaranya. Mas Anggi Krisna (the CEO) sampai bertanya, "Nci, kita harus berhitung dulu, siap enggak dengan jumlah penulis yang ada?"
Tapi waktu itu aku hanya cengar-cengir dan bilang, "Aku menunggu semua kartu dibuka dulu di atas meja. Kalau belum terbuka semua, aku belum akan menentukan strategi. Saat ini, kita toh tidak punya pilihan lain selain mengiyakan mereka. Kalau tidak diiyakan, order jelas akan melayang sama sekali."

Haaa, prinsip raja judi! Meskipun begitu, Kontenesia tidak menerima pembuatan konten bertema judi, lo. Padahal tawaran yang masuk ke meja kami sangat banyak dengan jumlah artikel ratusan setiap kali order. Namun kami bergeming karena judiiii.... meracuni kehidupaaaan! (tolong bacanya jangan sambil nyanyi.)



Saking sudah banyak mengalami badai, aku sampai ke suatu titik yang cukup kebal dan bebal. :D Dan ya, badai berikutnya datang lagi, yaitu dari sebuah startup luar negeri. Ini adalah orang kedua dari startup tersebut yang hendak bekerja sama dengan kami. Penawarannya cukup mengagetkan juga, yang aku tanggapi dengan senyum.... sambil diam-diam langsung menyusun strategi dengan menambah pasukan dan memetakan penulis yang sudah ada. :D

Ada beberapa badai lain yang tidak bisa aku ceritakan satu per satu, sebagian karena Non-disclosure Agreement, sebagian karena tidak terlalu dramatis untuk diceritakan, dan sebagian lagi karena order-nya ternyata tidak jadi. :D


Jadi memang, Kontenesia mengajariku banyak sekali hal berharga. Selain harus tenang di kala badai, aku juga belajar untuk tidak euforia saat mendengar tawaran luar biasa dari klien, belajar menentukan strategi ke depan, belajar menimbang dan menganalisis secara komprehensif, dan bahkan belajar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai PUEBI. :D

Oh ya, si raksasa marketplace Indonesia itu konon akan kembali dengan 1.000 artikel berikutnya. Tenang? Tenaaaang....
Stress inside, calm outside!

No comments:

Post a Comment