Thursday, October 11, 2018

Kawah Kamojang Garut: Datanglah Menjelang Magrib kalau Kau Berani

Hari itu kami jalan-jalan ke Sumedang. Karena hari masih cukup siang sementara petualangan di Sumedang telah selesai, tiba-tiba tebersitlah sebuah ide impulsif, "Ke Garut, yuk?" yang kemudian direspons "Ayo!!" dengan penuh semangat.

Pertama-tama kami bertanya ke Mbah Google tentang tempat-tempat wisata di Garut yang tidak terlalu jauh jaraknya dari titik tempat kami berada saat itu. Setelah menimbang-nimbang, kami memutuskan untuk pergi ke Kawah Kamojang.

Kamojang Hill Bridge
Perjalanan pun dimulai. Sore hari sekitar waktu asar, kami sudah tiba di jembatan Kamojang. Arsitektur jembatannya bagus, jadi kami mengambil beberapa foto di sana. Setelah itu, buru-buru melanjutkan perjalanan karena hari sudah semakin senja.

Sekitar pukul 5 sore kami tiba di gerbang tiket menuju Kawah Kamojang. Kami sempat bertanya kepada petugas di sana, "Lokasi wisatanya tutup jam berapa?" Mereka bilang sekitar magrib, tetapi di dalam sana ada warung-warung makan yang selalu buka, dan suka ada orang-orang yang kamping, jadi kami tidak perlu khawatir kesepian. Mau kamping juga boleh, katanya.

Baiklah, kami melanjutkan perjalanan ke dalam. Dan hanya beberapa puluh meter dari tempat tiket, kami sudah dibuat terpesona oleh pemandangan Kawah Manuk. Ini adalah kawah pertama dari rentetan kawah yang ada di sini.

Kawah Manuk

Setelah mengambil beberapa foto, kami melanjutkan perjalanan ke tempat berikutnya. Di pusat area wisata ini ada lahan parkir yang cukup luas dan sejumlah warung makan yang menawarkan camilan seperti Indomie, somay, baso, dan makanan lainnya. Ada pula musala dan WC.

Setelah parkir, kami mulai berjalan kaki ke kawah kedua. Kawah Kereta Api namanya. Kawah ini dinamai demikian karena semburan uap panasnya sangat kencang dan bunyinya sangat berisik seperti kereta uap zaman dahulu. Jarak terpisah beberapa meter saja, kami sudah tidak bisa mendengar lawan bicara. Untung saja ada handy talkie, itu pun harus sambil berteriak saat menggunakannya, barulah terdengar. "AYAAAH, UDAH SORE, AYO LANJUT KE KAWAH KAMOJANGNYA!!!"
Suami: "OKEEE!!!"
Seperti di rimba, ya?

Kawah Kereta Api


Kami melanjutkan perjalanan, tetapi sedikit-sedikit berhenti untuk memotret karena tempat ini sangat memukau. Memesona. Menghipnotis. Jadi kami terus terkagum-kagum.

Setelah "dikit-dikit berhenti, dikit-dikit memotret" kami pun tiba di kawah berikutnya, yaitu Kawah Hujan. Hari tambah senja dan sepi, semakin dingin dan spooky, dan membuatku merasa hibbie jibbies (berima ya...). Untunglah, mendadak ada serombongan orang (anak-anak dan pelatih) dari perguruan pencak silat atau taekwondo yang datang ramai-ramai dan menuju ke Kawah Hujan. Dan kalau melihat beberapa bapak dan kakek sesepuh perguruan, kamu juga akan mendadak jadi pemberani. Ah, kalau sama si Kakek mah, setan juga takut dikelepak kayaknya. Dari tampangnya saja... belum ngomong apa pun, si Kakek sudah kelihatan sakti.

Kawah Hujan
Kami tiba di Kawah Hujan bersama rombongan tersebut. Sesuai namanya, kawah ini memang menyemburkan uap air yang terasa seperti hujan. Airnya panas, tapi tidak bisa dipakai berendam seperti di Ciater karena hanya berupa aliran dan genangan kecil. Inilah tempat yang terkenal bisa dipakai untuk merebus telur. Tinggal celupkan saja telur mentah ke dalam salah satu genangan air di sini, tunggu beberapa menit, dan kamu pun akan akan mendapatkan telur rebus yang enak. Jangan lupa bawa nasi liwet, pepes ikan gurami, dan sambal sebagai pelengkapnya.

Memotret di sini cukup berisiko karena airnya yang terus memercik dari sumber-sumber mata air kecilnya. Jadi kalau kamu membawa kamera mahal dengan lensa seharga motor, lebih baik dikantongi saja daripada rusak tepercik air belerang panas.

Hutan di Kawah Kamojang
Jam sudah menunjukkan pukul 6 dan aku gelisah karena belum juga sampai di Kawah Kamojang yang sejak awal menjadi tujuan utama kami. Sudah jauh-jauh berwisata ke Kamojang, masa kami ga ke Kawah Kamojangnya? Pikir kami, Kawah Kamojang ini adalah kawah terbesar dan terepik dibandingkan tiga kawah lain yang sudah kami lihat.

Aku membuka Google Map dan di sana tertera bahwa Kawah Kamojang sudah tidak jauh dari tempat kami berada. Ada jalan setapak menuju ke sana. Jadi kami pun mulai meniti jalan tersebut menuju ke hutan yang lebih lebat dengan kabut yang semakin tebal dan udara yang semakin dingin.

Setelah beberapa meter berjalan dengan perasaan yang sangat tidak nyaman, aku dan suami berunding, apakah akan terus melanjutkan atau balik badan saja. Kami membawa senter saat itu. Jadi ini bukan soal terang atau gelap. Kami juga membawa tripod yang bisa dipakai sebagai alat bela diri kalau ada orang jahat atau binatang liar. Tapi ini bukan soal makhluk kasat mata. Ada rasa tidak nyaman yang luar biasa menerpaku, jadi aku meminta untuk pulang saja. Suami setuju. Kami balik kanan dan turun kembali.


Di perjalanan pulang, setelah Kawah Kereta Api, ada beberapa pemuda yang sedang membangun sebuah kantor. Mereka "warlock" (warga lockal). Kami berbincang-bincang dan mengorek informasi tentang Kawah Kamojang.

Ternyata.......... Tidak ada itu yang namanya "Kawah Kamojang", Saudara-saudara! Sebenarnya yang dimaksud dengan "Kawah Kamojang" adalah "Kawah Manuk, Kawah Kereta Api, Kawah Hujan, dan Kawah Berecek yang ada di daerah bernama Kamojang".
PLAK!
Aku merasa dibodohi oleh Google Map!

Untunglah kami urung menelusuri hutan spooky ke titik yang di Google Map tertera tulisan "Kawah Kamojang". Entah apa yang akan kami temukan di sana. Magrib-magrib pula!

Hutan di Kawasan Kamojang
Kami pun turun dengan puas. Kembali ke tempat parkir dan menyempatkan diri untuk memotret Kawah Berecek yang sebelumnya terlewat dan beberapa kawah tak bernama lain di sekitar sana.
Luar biasa rasanya melihat tanah yang kami pijak "mendidih" lumpurnya dan mengeluarkan uap dari sela-selanya. Tidak ada duanya.

Kawah Berecek
Sebagian besar tempat yang "berbahaya" ini dipagar, tetapi tetap berhati-hatilah saat melangkah karena hampir setiap sudut ada saja lumpur yang menggelegak dan uap belerang yang menguar.

Salah satu kawah di Kamojang

Satu lagi bonus luar biasa yang membuat kami menganga adalah PLTPB Kamojang (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi). Sore sebelumnya, saat kami melewati tempat ini, pemandangannya sudah tampak luar biasa. Ada beberapa cerobong besar yang mengeluarkan uap yang mengepul-ngepul ke langit.
PLTPB Kamojang

Dan inilah penampakan PLTPB Kamojang yang membuat kami berpaling dan berhenti sebentar karena kaget. Kami pikir ada kebakaran saking benderangnya tempat ini. Ternyata memang seindah itulah keadaannya dan semua dalam keadaan aman terkendali.

PLTPB Kamojang

No comments:

Post a Comment