Friday, October 26, 2018

Membangun Komunitas Penulis di Kontenesia

Image may contain: text

Membangun komunitas memang butuh ketelatenan dan kesinambungan. Awalnya, menghidupkan iklim perusahaan yang akrab dan menyenangkan itu mudah karena jumlah orangnya masih sedikit. Seiring berkembangnya perusahaan dan bertambahnya jumlah orang baru yang masuk, tingkat keakraban semakin berkurang dan komunitas penulis pun terasa gersang dan asing.

Kontenesia memiliki sebuah forum yang semula dibuat untuk menyaring calon penulis baru dan membentuk komunitas penulis Indonesia secara umum, di luar Kontenesia. Tapi karena ada perasaan asing di sana, sekarang forum ini hanya berfungsi sebatas menyaring calon penulis baru dan belum bisa dihidupkan dan difungsikan secara maksimal sesuai tujuan awal.

Saat Mba Ade (editor) memiliki ide untuk menghidupkan kembali keakraban penulis di internal Kontenesia dan memperkokoh komunitas, Mas Anggi Krisna (CEO) sepertinya berharap kami mengeksekusi ide ini di Forum Kontenesia. Tapi dengan pertimbangan bahwa komunitas penulis internal Kontenesia harus dipererat terlebih dahulu sebelum mengajak orang-orang luar, kami mengeksekusi ide tersebut di dalam platform internal Kontenesia.

Kalau aku ditanya, "Sebagai sebuah perusahaan, kamu ingin Kontenesia itu seperti apa sih, di mata orang-orang yang ada di dalamnya?"
Mungkin jawabanku sedikit utopis: "Aku ingin Kontenesia menjadi rumah tempat mereka merasa hangat, aman, percaya, dan terlindungi di dalamnya."
Dan di sinilah manfaat dibentuknya komunitas.

Namun kendalanya, pilihan profesi sebagai penulis ini cenderung dilakoni oleh orang-orang introver yang kadang sulit diajak bersosialisasi beramai-ramai. Selain itu, pekerjaan yang satu ini juga banyak dilakoni sebagai pekerjaan kedua, di samping pekerjaan utama mereka. Kedua faktor di atas membuat tingkat partisipasi di komunitas tidak 100% diikuti oleh semua orang. Jadi aku mencari cara lain untuk melibatkan orang-orang pendiam dan orang-orang sibuk ini.

Sejauh ini tingkat partisipasi di platform Kontenesia sudah sangat bagus. Sambutan dari yang pendiam dan yang sibuk pun positif setelah mereka difasilitasi dengan cara tersendiri, kendati mereka tidak bisa atau belum mau ikut meramaikan secara langsung. Aku membiarkan beberapa orang yang tidak mau atau tidak bisa ikut meramaikan. Sebagai seorang introver, aku paham jika mereka memilih untuk menjadi silent readers saja.

Seiring bertambah eratnya keakraban di dalam komunitas penulis, bertambah pula rasa saling percaya, awalnya antarsesama penulis dan antarpenulis dengan editor, selanjutnya berdampak pada rasa percaya antarpenulis dan manajemen dan dengan perusahaan secara umum. Semua karena adanya komunikasi yang lebih terbuka. Kami--manajemen Kontenesia--ini ada, berwajah, berwujud. Bercanda bersama mereka, menjawab saat ditanya, memberikan bantuan saat diminta, melindungi saat dibutuhkan. Kami ada, kami tidak bersembunyi, kami tidak melarikan diri. Kami menunaikan kewajiban, kami memberikan hak, dan kami menyelesaikan masalah.

Tentu saja, tingkat kepuasan penulis terhadap rekan sesama penulis, editor, dan kami di manajemen Kontenesia secara keseluruhan, harus diukur secara riil. Terkadang ada ketakutan tersendiri saat hendak mencari tahu soal ini. Khawatir ada hal-hal yang mereka keluhkan, khawatir ada ketidakpuasan. Tapi kalau tidak dicari tahu, berarti aku tidak mau membenahi kekurangan tersebut. Jadi aku harus memberanikan diri mendengarkan keluhan, saran, maupun kritik yang masuk.
Untungnya, semua respons yang masuk sejauh ini sangat positif. Dan komunikasi yang terbuka seperti ini justru disambut sangat baik oleh para penulis.

Semoga saja iklim seperti ini terus terpelihara dan berkembang dengan lebih baik lagi ke depannya, menuju cita-cita utopisku.

4 comments:

  1. Ahhh cita2 utopis itu sudah terwujud kok Teh, setidaknya buat diriku :)
    Eh salam kenal (di blog) 😁

    ReplyDelete
  2. Mantap! Senang jadi bagian dari keluarga Kontenesia 😊

    ReplyDelete