Friday, December 7, 2018

Kuliah Jumat Kontenesia: 6 Cara Membuat Artikel Konten yang Menarik


Struktur artikel konten untuk publikasi di internet agak berbeda. Di internet itu netizen memiliki banyak pilihan untuk konten yang serupa, jadi mereka akan mencari konten yang jauh lebih menarik dan lebih berisi. Kalau tidak menarik, mereka akan segera pindah ke laman lain.

Kita hanya punya waktu sekian detik untuk memikat netizen dengan artikel kita. Nah, bagaimana caranya membuat artikel konten yang menarik? Kita bahas sekarang, ya.

1. Pertama, dimulai dari judul yang harus dibuat semenarik mungkin.
Ada beberapa “rumus” untuk membuat judul yang menarik, antara lain:
- Judul yang memuat angka tertentu.
- Judul yang mengandung kata-kata aksi. Misalnya, “Ikuti …!” atau “Lakukan hal ini…!”
- Judul yang menawarkan solusi atas sebuah masalah.
- Judul yang mengandung sensasi.
- Judul yang ditulis berdasarkan hasil riset.
- Judul yang mengajukan pertanyaan.
- Judul yang mengandung kata-kata ajaib, seperti: “gratis, cepat, mudah, aneh, unik, luar biasa, dll.”
- Judul yang berisi penyangkalan. Contoh, “Stop …!” atau “Jangan…!”
- Tetapi ada satu yang penting dan wajib diingat: judul harus tetap sesuai fakta dan sesuai dengan isi artikel.

2. Kedua dari paragraf pembuka yang menarik. Minggu sebelumnya Mba Ade sudah menjelaskan secara komprehensif tentang hal ini. Temen-temen bisa buka kembali tautan ini: http://forum.kontenesia.com/d/60-langkah-strategis-menulis-paragraf-awal-artikel-konten


3. Ketiga dan yang paling penting adalah kualitas konten.
Agar netizen mau berlama-lama membaca artikel kita, kita harus memberikan konten yang isinya:
- Bermanfaat bagi pembaca, Misalnya dengan memberikan saran, tips, atau informasi penting.
- Isi konten unik, berbeda dari yang lain, dan tidak plagiat.
- Isi konten mengandung informasi yang benar, akurat, sesuai fakta, sesuai hasil riset, bukan hoax. Berikan buktinya.
- Isi konten bisa memberikan jawaban bagi pembaca. Jika di judul atau awal paragraf dikemukakan sebuah permasalahan, maka di dalam artikel tersebut harus dipaparkan solusinya.
- Isi konten bisa menginspirasi pembaca untuk melakukan sesuatu.
- Isi konten menunjukkan kepedulian terhadap suatu masalah.
- Isi konten menghibur atau lucu.
- Isi konten netral, tidak menyerang pihak-pihak tertentu, tidak memasukkan egoisme penulis, tidak bersifat SARA.

4. Buat struktur artikel yang ramah pembaca, mudah dipindai, dan enak dipandang, yaitu:
- Gunakan poin-poin atau subbab. Bullet list ini akan memudahkan netizen untuk menangkap apa sih isi artikelnya, menarik tidak sih?
- Paragraf dan kalimat harus dibuat pendek-pendek. Misalnya, setiap kalimat tidak boleh lebih dari 2 baris dan setiap paragraf tidak boleh lebih dari 5 baris. Paragraf yang berupa blok besar akan terasa membosankan, lelah buat dibaca, dan tidak menarik untuk dilihat.
- Tambahkan gambar ilustrasi yang relevan dengan pembahasan. Bisa juga menambahkan video dan infografis.
- Perkaya konten dengan tifografi (seni tata huruf) yang menarik.

5. Konten yang baik harus ditulis dengan bahasa yang baik pula. Kalaupun temanya menarik, tetapi bahasanya buruk, netizen akan lelah membacanya. Bahasan ini sudah dipaparkan sama Mba Kristal minggu kemarin (http://forum.kontenesia.com/d/61-kuliah-jumat-kontenesia-8-cara-menulis-efektif).
Ringkasnya, bahasa yang baik itu:
- Bahasa yang lugas, tidak bertele-tele, tidak mengulang informasi yang sudah umum atau informasi yang sama yang sudah disebutkan sebelumnya di dalam artikel.
- Menggunakan kalimat aktif, bukan pasif.
- Jangan ada salah ketik. Jadi baca kembali dan edit artikel setelah ditulis, minimal 1x.
- Jangan ada kalimat yang ambigu (bermakna ganda).
- Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
- Perhatikan penggunaan tanda baca.

6. Terakhir, jangan lupa memasukkan kata kunci ke badan artikel untuk memaksimalkan SEO. Soal ini sudah dibahas sama Mba Ade & Mba Mustika dan bisa kembali dibaca di tautan berikut, ya: http://forum.kontenesia.com/d/58-kuliah-jumat-kontenesia-seo-dalam-artikel.

Sesi Tanya jawab:

(Dzerlin): Tanya: sejauh mana batasan judul dianggap click bait?

Jawab:
Judul termasuk click bait kalau ternyata:
- Judul ga sesuai dengan isi artikel. Isi artikel kadang jauh berbeda atau judul justru sangat menyesatkan.
(Ade): Contoh: “Tertangkap Basah Menemui Selingkuhannya, Artis X bla bla bla.” (padahal cerita di film).
- Isi artikel tidak berkualitas, informasinya nihil. 
- Biasanya judulnya itu provokatif.
- (Tyas & Ade): Pakai kata-kata sakti & bombastis, seperti “terkuak, terbongkar”.
- (Putri): Menggunakan kata sifat secara vulgar (Contoh: Dokter Cantik Ini Tewas Dibunuh di Tempat Praktiknya).

Pembahasan poin “Isi konten unik, berbeda dari yang lain, dan tidak plagiat.”

Ada beberapa tips biar ga kena jebakan plagiat:

- parafrasa > ubah kata-kata sumber dengan kata-kata sendiri. Cari sinonimnya. Aduk-aduk strukturnya. Kamus sinonim yang bisa dijadikan rujukan: http://www.sinonimkata.com/
(Revin): Bisa download app thesaurus di Play Store juga.

- Ambil bahan dari banyak sumber, jangan hanya satu. Comot sana, comot sini.

(Ade): Supaya kontennya unik. harus pintar-pintar riset. Jangan ambil sumber yang paling banyak dibahas orang, terus parafrase dengan kalimat-kalimat yang unik juga. Jangan monoton.

(Putri): Mengambil sudut pandang unik dari hal yang udah banyak dibahas. Satu hal bisa punya pembahasan unik dari banyak segi.

Buat plagiat ini, ada beberapa yang halal, ya:

- Kutipan undang-undang
- Ayat-ayat kitab suci
- Kutipan terkenal dari orang penting

Pembahasan poin “Isi konten netral, tidak menyerang pihak-pihak tertentu, tidak memasukkan egoisme penulis, tidak bersifat SARA.”

Ini salah satu alasan kenapa dari awal aku ga mau Kontenesia ngambil job bertema politik, baik dari pihak yang sama pandangan politiknya denganku maupun yg berlawanan.... Karena ini ranah yg sulit sekali buat dipaparkan secara netral & kita semua tentu punya kecenderungan, entah sedikit atau banyak.

(Revin): Masih soal konten yg netral, menurutku bukan cuma tentang tema-tema politik atau yang berat. Tema yg sederhana pun, apabila penulisnya terlalu men-judge pembaca, mendiskreditkan sikap-sikap dan pengetahuan pembaca, bisa disebut tidak netral.

(Sri): Benar. Dalam banyak tema sederhana/sehari2, kadang tanpa sadar kita memasukkan "ideologi yang kita pegang". Sesimpel pertentangan pendapat antara "ibu bekerja" dan "ibu rumah tangga".

(Tiyas): Nikah muda vs nikah setengah tua.

(Anindita): Tim bubur diaduk vs nggak diaduk.

(Mita): SNSD VS TWICE

(Sri): Yang perlu diingat, kita menulis atas nama klien. Argumen personal untuk artikel yang seharusnya jadi "isi kepala" klien, seharusnya ga dimasukkan. Bisa jadi klien bertentangan pendapat sama kita. jadi jangan sampai memasukkan egoisme kita ke dalam artikel
Kalau buat soal yang umum-umum, netral, dan baik, masih boleh lah dimasukkan. Misalnya: "kurangi plastik, yuk recycle, yuk tanam pohon & sayangi bumi".

(Revin): Artikel harus mengutamakan informasi, dan harusnya informasi yang berimbang. Kalau terlalu memasukkan idealisme sendiri (gak peduli idealisme yang relatif benar apa tidak), itu sudah masuk ke penulisan opini. Dan media punya klien bukan wadah yg tepat untuk memasukkan tulisan opini pribadi kita.

(Putri): Aku bisa bayangin menulis tema yang relatif cukup menimbulkan perpecahan, dan si penulis (walau statusnya harusnya netral) merasa "nggak tahan" untuk gak "mendidik" calon pembaca dengan opininya sendiri, walau gak nyambung dengan permintaan klien.

(Sri): Nah, inilah yang termasuk egoisme kita.

Pembahasan poin “Jangan ada salah ketik. Jadi baca kembali dan edit artikel setelah ditulis, minimal 1x.”

Jadi, otak kita tuh mengalami yg namanya "terbutakan" (pernah dibahas di NGC, lupa nama acaranya). Jadi kalau kita udah familiar sama sesuatu, otak kita akan merekam sesuatu itu & berfungsi kayak autopilot, akan memahami hal tersebut dengan sendirinya, dalam gambaran besar, bukan detail kecil.
Contoh realnya dalam 3 gambar ini: 




1. urutan abjadnya salah
2. kata-katanya dibalik
3. memakai huruf Rusia

Nah, ini yg namanya "otak kita terbutakan". Otak kita sudah merekam kata-kata tersebut berupa "image utuh", bukan huruf satuan. Inilah yang membuat kita tetap bisa membaca kata-kata tersebut meskipun salah. Sama seperti kita ga lihat di mana salah & typo saat ngedit artikel... karena otak kita sudah mereka semuanya.

Cara untuk menghilangkan efek "terbutakan" ini adalah dengan jeda. Setelah selesai menulis, endapkan dulu tulisannya. Lakukan sesuatu yang lain, refreshing. Nanti balik lagi & edit dengan otak yang lebih segar. Dengan cara ini, otak kita bisa melihat kesalahan dan typo dengan lebih jelas.

(Putri): Dalam psikologi itu namanya konsep Gestalt. Memandang sesuatu secara keseluruhan, bukan detail2 kecil. Itu mekanisme untuk mencegah otak mengalami tekanan karena keharusan mencerna banjir informasi kecil2. Setelah memahami hal besarnya (kata-kata dalam paragraf), baru kita bisa menekuni yang kecil2 (melihat ulang satu-satu untuk mengecek kesalahan yang ada).


No comments:

Post a Comment