Monday, February 4, 2019

Kuliah Jumat Kontenesia: Belajar Menerjemahkan



Menurut Newmark ada beberapa jenis penerjemahan, yaitu:

1. Penerjemahan kata demi kata. Jadi setiap kata diterjemahkan secara berurutan tanpa memperhatikan konteks maupun gramatika bahasa tujuan.

2. Penerjemahan harfiah. Ini juga sama seperti yang pertama, yaitu terjemahan kata per kata yang tidak mempertimbangkan konteks, tetapi sudah menyesuaikan gramatika bahasa tujuannya.

3. Penerjemahan setia. Ini adalah terjemahan yang struktur kalimatnya masih mengikuti struktur gramatika bahasa sumber (Bsu).

4. Penerjemahan semantik. Ini adalah penerjemahan yang berusaha lebih menyesuaikan makna dari bahasa sumber (Bsu) ke bahasa sasaran (Bsa).

5. Penerjemahan adaptasi. Ini adalah bentuk penerjemahan bebas. Jadi unsur-unsur budaya dalam BSu sudah dilokalkan ke dalam budaya dalam BSa.

6. Penerjemahan bebas. Ini adalah penerjemahan yang lebih mengutamakan isi kontennya.

7. Penerjemahan idiomatik. Ini terjadi kalau ungkapan idiomatik dari BSu diterjemahkan menjadi ungkapan biasa karena tidak ada padanannya.

8. Penerjemahan komunikatif. Ini adalah penerjemahan yang mengutamakan makna kontekstualnya.

Sebelum mengambil pekerjaannya, ada beberapa hal yang harus kalian lakukan, yaitu:

Baca sekilas untuk menentukan apakah kalian mampu menerjemahkan bahan tersebut.
Hal-hal yang harus diperhatikan saat membaca sekilas:


1. Tema besarnya 
Misalnya “Fotografi”. Apakah kalian familiar dengan tema ini?
o Kalau jawabannya “sangat familiar”: ambil, tapi tetap cek bahannya.

o Kalau jawabannya “agak familiar”: periksa apakah bahannya sangat teknis dan spesifik? Kalau ya dan kalian ga yakin, lebih baik jangan diambil. Kalau tidak dan bahasannya masih sangat umum, ambil.
o Kalau jawabannya “sama sekali tidak familiar”: lebih baik jangan ambil pekerjaannya daripada hasilnya “buzuk” dan bikin nama kamu rusak.


2. Tingkat kesulitan bahasa
Apakah bahasanya berbelit-belit, strukturnya bertingkat-tingkat, kosakatanya terlalu teknis atau asing?
o Kalau jawabannya ya: ukur kemampuan kalian. Mampukah kalian mengolahnya?
o Kalau jawabannya tidak: lanjut!

Kalau sudah siap, hal berikutnya adalah menyiapkan alat perang:


Siapkan alat perang:
- Internet untuk online
- Kamus Inggris > Indonesia, misalnya. Kamus padanan bahasa ini wajib dibuka saat menerjemahkan. Penerjemah yang jago ga berarti “penerjemah yang sudah bisa menerjemahkan tanpa kamus”, lo.
Minimal buka https://translate.google.com atau http://www.kateglo.com/.
- Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) untuk mencari tahu penulisan yang benarnya dalam bahasa Indonesia. https://kbbi.kemdikbud.go.id/
- Kamus Inggris – Inggris untuk mencari tahu penjelasan kata atau arti idiom, dll. http://www.thefreedictionary.com/
- Kamus sinonim kata untuk mencari tahu persamaan kata agar terjemahan kita tidak terasa monoton. http://www.sinonimkata.com/
- Kamus istilah tertentu sesuai tema yang akan diterjemahkan.
- Mesin pencari Google untuk mencari segala hal yang kalian butuhkan.


Sekarang kita bahas dulu teknik penerjemahannya, ya:


Ada banyak cara teknik yang bisa kita pakai buat menerjemahkan. Kita bahas satu per satu.

A. Teknik Penerjemahan Langsung

Teknik ini digunakan jika elemen struktural dan konseptual bahasa sumber (BSu) bisa ditransposisikan ke dalam bahasa sasaran (BSa). Teknik ini terdiri dari:

1. Peminjaman 
Yaitu peminjaman kata dari BSu yang dilokalkan langsung ke dalam BSa.
Contoh:
- Budget > bujet
- Furniture > furnitur
- Extreme > ekstrem
- Cyan > sian

2. Kalke 
Yaitu penerjemahan literal, apa adanya, kata per kata.
Contoh:
- Googling > googling
- Blogger > blogger
- Assistant manager > asisten manajer
- Internet > internet

3. Penerjemahan harfiah 
Yaitu menerjemahkan kata per kata tanpa mempertimbangkan konteks.
Contoh:
- A good beginning makes a good ending > Awal yang baik akan berakhir baik.
- A journey of a thousand miles begins with a single step > Perjalanan seribu mil dimulai dengan satu langkah.

B. Teknik Penerjemahan “Oblique”


Teknik terjemahan “oblique” ini digunakan ketika elemen struktural dan konseptual bahasa sumber tidak bisa diterjemahkan langsung ke dalam tanpa mengubah makna atau elemen gramatika dan gaya bahasa bahasa sasaran.
Teknik ini antara lain:

1. Transposisi 
Yaitu mengubah kategori gramatikal, seperti mengubah kata menjadi frasa atau bisa juga mengubah kelas kata.
Contoh:
- Brainstorming (kata benda – kata kerja) > curah pendapat (kata kerja – kata benda)
- Nursery (kata) > kebun pembibitan (frasa)
- young plant (frasa) > anakan (kata)
- Maintenance (kata benda) of the resistant varieties is easier > Memelihara (kata kerja) varietas yang resistan akan lebih mudah.

2. Modulasi 
Yaitu mengubah sudut pandang frasa secara leksikal maupun struktural untuk menyampaikan ide yang sama.
Contoh:
- She’s not only smart, but also beautiful (bentuk negatif) > Dia pintar juga cantik (bentuk positif)
- I couldn’t agree more (bentuk negatif) > Saya setuju (bentuk positif).

3. Reformulasi atau ekuivalen 
Yaitu penerjemahan yang mengubah bentuk menjadi sesuatu yang sangat berbeda, tetapi tetap mengandung makna yang sama. Misalnya saat menerjemahkan idiom atau slogan.
Contoh:
- Don’t get left in the dark! > Jangan sampai ketinggalan! (slogan)
- A barking dog never bites > Air beriak tanda tak dalam (idiom)

4. Teknik adaptasi budaya 
Karena menerjemahkan itu bukan hanya mengalihbahasakan, tetapi juga mentransfer makna dan budaya, jadi harus ada adaptasi dari budaya sumber ke budaya sasaran. Teknik adaptasi ini digunakan jika sesuatu di dalam bahasa sumber diekspresikan dalam cara yang sama sekali berbeda yang sudah lazim digunakan dalam budaya bahasa sasaran.
Contoh:
- from top to toe > dari kepala sampai kaki
- when in rome do as the romans do > lain ladang lain belalang
- over the counter drugs > obat bebas
- life threatening danger > bahaya yang mengancam jiwa

5. Kompensasi 
Yaitu mengganti sebuah istilah dari bahasa sumber ke dalam istilah yang lebih lazim digunakan di dalam konteks bahasa sasaran.
Contoh:
- A PINCH of salt > sejumput garam (bukan “secubit garam”)
- She buys DOZENS of flowers. > Dia membeli puluhan kuntum bunga. (bukan “lusinan bunga”)
- They’ve been living here over A DECADE. > Mereka sudah tinggal di sini lebih dari sepuluh tahun. (bukan “satu dekade” walaupun ini masih berterima).

C. Teknik Penerjemahan Lainnya


1. Amplifikasi (penambahan) 
Yaitu memparafrasakan informasi menjadi lebih eksplisit di dalam bahasa sasaran untuk lebih memperjelas artinya.
Contoh:
- succulent > sukulen, yaitu tumbuhan berdaging tebal
- a perennial plant > tumbuhan parenial, yaitu tumbuhan yang menghijau sepanjang tahun

2. Amplifikasi linguistik 
Yaitu menambahkan unsur-unsur linguistik ke dalam BSa.
Contoh:
- No! > Tidak bisa begitu!
- Go away! > Enyah kau sekarang juga!

3. Kompresi linguistik 
Yaitu mengurangi (mempersingkat) unsur-unsur linguistik dalam bahasa sasaran.
Contoh:
- Watch out! > Awas!
- Are you sure about that? > Beneran?/Ciyus? (versi alay)
Kalau dalam bahasa Jerman itu seperti:
- Escuse me? > Bitte?
- You are welcome! > Bitte!”

4. Reduksi 
Yaitu penghilangan secara parsial.
Contoh:
- Holy month in Islam > Ramadan
- Horseback riding > berkuda
-  Prayer mat > sajadah
- Rice field > sawah
Atau sebaliknya, dari Indonesia ke Inggris:
- Musim dingin > winter
- Musim panas > summer

5. Deskripsi 
Digunakan untuk menggantikan “istilah yang asing” dengan “deskripsinya”.
Contoh:
- alizarin crimson > warna merah yang bias sedikit ke arah ungu
- rose madder genuine > pigmen warna merah yang lembut dan pekat
- humidifier > mesin pelembap udara

6. Kreasi diskursif 
Yaitu penggunaan padanan yang jauh dari konteks aslinya, biasanya digunakan dalam penerjemahan karya sastra.
Contoh:
- He’s a kungfu master > Dia adalah dewa kungfu.

7. Padanan lazim 
Yaitu penggunaan istilah yang sudah lazim dalam bahasa sasaran.
Contoh:
- Dear Mrs. XYZ > Yang terhormat Ibu XYZ
- Best regards > salam

8. Generalisasi 
Yaitu penggunaan istilah yang lebih umum pada bahasa sasaran karena tidak ada padanannya.
Contoh:
- Mansion > rumah besar
- Quilt > selimut

9. Partikularisasi 
Yaitu penggunaan istilah yang lebih konkret atau spesifik.
Contoh:
- Vehicle > mobil

10. Subsitusi 
Yaitu mengubah unsur linguistik seperti dari bahasa lisan menjadi bahasa isyarat.
Contoh:
- Gelengan kepala = “tidak/bukan”


Nah, setelah mengetahui teknik-tekniknya, yuk kita mulai bekerja:


Terjemahkan! 
- Baca kalimat dalam bahasa asli dengan hati-hati sebelum menerjemahkan. Jangan sampai salah membaca sebuah kata karena artinya bisa berbeda. Misalnya: ternyata kata yang benar adalah “stimulate” dan bukan “simulate”.

- Perhatikan konteks. Misalnya "mask”, apakah konteksnya cocok dengan terjemahan “masker” atau justru “topeng”?


- Untuk mengetahui konteks, baca kembali kalimat sebelumnya atau kalimat sesudahnya.

- Lokalkan istilah-istilah yang bisa dilokalkan. Misalnya: gadjet > gawai; browser > peramban.

- Kalau kalian kesulitan mengartikan sebuah kalimat yang panjang dan kompleks, sederhanakan dahulu kalimat tersebut konstruksi dasarnya: subjek, verba, objek, keterangan.

- Variasikan kata-kata dengan sinonimnya agar tidak terasa monoton. Misalnya: “menatap, memandang, melihat”.

- Googling istilah-istilah yang asing dan cari tahu maknanya. Wikipedia adalah salah satu sumber yang bisa diandalkan.

- Berkonsultasilah dengan pakar di bidangnya untuk istilah-istilah tertentu.

- Cari arti idiom dan temukan padanan yang tepat dalam bahasa tujuannya. Jangan menerjemahkan idiom secara harfiah.

- Tandai bagian yang masih kalian ragukan atau belum kalian temukan padanannya untuk dicek lagi nanti.

- Konversilah ukuran panjang, massa, volume, temperatur, luas, & mata uang dari bahasa sumber ke ukuran yang lazim digunakan di bahasa sasaran. Misalnya: “10 miles” > “16 meter”.

- Cek tautan ini: http://sundaymorningstory.blogspot.com/2014/01/jangan-menerjemahkan-secara-harfiah.html


Kalian belum selesai. Ada satu langkah terakhir sebelum menyerahkan hasil terjemahan:


Editlah untuk memeriksa tingkat keterbacaan!- Periksa dan bandingkan teks terjemahan dengan teks asli. Apakah ada bagian yang terlewat?
- Ubah kalimat-kalimat yang masih terasa janggal. Lokalkan!
- Berikan nilai rasa yang lebih tepat pada terjemahan kalian.
  Contoh: "kecil" > "mungil".
- Potong kalimat yang terlalu panjang.
- Buang kata-kata redundan. Hindari pemborosan.
- Periksa ejaan bahasa Indonesia yang benar di KBBI.
- Bersihkan saltik (salah ketik/typo).
- Betulkan tanda baca, huruf kapital, cetak miring, dan cetak tebal.
- Rapikan format pengetikan.

***


Praktik Nerjemahin, yuk!


Kita mulai praktik, ya. Aku mengambil sebuah artikel dari wikiHow: "How to Control Black Spot on Roses".
Kita akan ambil contoh kalimat dari sana & mencoba menerjemahkannya berdasarkan teori yang udah kita bahas sebelumnya.

Yuk, kita mulai dengan kalimat pertama:

Controlling black spot on roses is crucial to any rose grower.
Baca kalimat pertama. Ada istilah apa sih yang penting di situ?
> “black spot”.
Cari tahu apa padanan terjemahan yang udah biasa dipakai buat frasa ini. Nama-nama penyakit biasanya udah ada & kita ga boleh nentuin sendiri.

Kalau temen-temen googling, atau minimal membuka Kateglo, ternyata “black spot” ini terjemahannya adalah “bercak hitam”, bukan “titik hitam” atau “bintik hitam” atau noda hitam. Jadi, kita pakai istilah yang sudah lazim digunakan dalam dunia pertaniannya, ya.
http://www.kateglo.com/?mod=glossary&op=1&phrase=black+spot&dc=&lang=&src=&srch=Cari
**
Kalimat pertama ini meletakkan keterangan di depan (mengontrol bercak hitam pada bunga mawar) di awal & subjeknya jauh di belakang (rose grower).
Boleh saja terjemahannya disesuaikan sama struktur kalimat asal:

“Mengontrol bercak hitam pada mawar adalah penting bagi semua penanam mawar.”
Tapi berasa kaku ga sih?
Coba dilokalkan. Boleh mengubah urutan struktur, boleh menambahkan kata-kata buat melengkapinya.
>> Contoh: 
- Mengontrol bercak hitam adalah langkah yang penting diketahui oleh semua penanam mawar.
- Sebagai pemilik bunga mawar, Anda harus mengetahui cara mengendalikan penyakit bercak hitam.
**

Lanjut...

Black spot is a fungal disease characterized by black spots on the upper side of leaves.
Di sini frasa “black spot” disebut dua kali. Bisa saja terjemahannya jadi: “Bercak hitam adalah penyakit jamur yang ditandai dengan munculnya bercak-bercak hitam pada sisi atas daun.”
Tapi kita sudah belajar soal “kalimat efektif” http://sundaymorningstory.blogspot.com/2019/02/kalimat-efektif.html
Poin: Kalimat yang efektif itu harus hemat kata/frasa. Jangan ada redundansi. > Caranya: Tidak boleh ada kata yang sama di dalam sebuah kalimat.

Jadi, kita bisa ganti frasa “black spot” yang kedua dengan kata-kata lain, karena frasa kedua ini ga menunjukkan nama penyakit, tetapi deskripsinya. Jadi, boleh diganti. Kalau nama penyakitnya sih ga boleh diganti-ganti, ya. Harus pake terjemahan yang sama dari awal sampai akhir.

Nah, ada ide diganti dengan kata apa terjemahannya?

>> Contoh:
- Bercak hitam adalah penyakit jamur yang ditandai dengan munculnya bintik-bintik hitam pada sisi atas daun.- Bisa juga menggunakan kata "titik-titik hitam".

**

Sekarang kita cari contoh yang mengharuskan terjemahannya buat memenggal kalimat. Boleh enggak sih 1 kalimat asli dijadiin 2 kalimat terjemahan? Boleh, kalau memang kalimatnya kepanjangan, misalnya. Demi membuat hasil terjemahan lebih mudah dibaca dan dipahami.

Tending to occur in warm, wet weather, usually during wet summers, the leaves of infected roses turn yellow and fall off.
Kalau kita patuh pada struktur aslinya, terjemahannya akan jadi seperti ini: 

“Cenderung terjadi saat suhu sedang hangat dan lembap, biasanya pada musim panas yang basah, daun mawar yang terinfeksi akan berubah kekuningan dan jatuh."

Kalimatnya bertingkat-tingkat, ya. Nah, kita punya pilihan lain untuk supaya kalimat ini lebih mudah dipahami:

Penyakit ini cenderung muncul saat suhu sedang hangat dan lembap, biasanya pada musim panas yang basah. Daun mawar yang terinfeksi akan berubah kekuningan dan jatuh.
**

Kita lihat sebentar frasa “fall off”. Di atas aku menggunakan kata “jatuh”. Tapi sebenarnya kita punya pilihan yang lebih cantik dalam bahasa Indonesia buat frasa “daun jatuh” ini. Ini termasuk teori: nomor 5 di atas, yaitu “Kompensasi” > mengganti sebuah istilah dari bahasa sumber ke dalam istilah yang lebih lazim digunakan di dalam konteks bahasa sasaran.
Ada yang tahu?

>> Contoh:
Daun gugur, rontok.
Lebih elok, kan terjemahannya?

**

Nah, kita sampai ke pola kalimat yang sering banget muncul dalam bahasa Inggris & banyak yang terjemahannya jadi terasa aneh:

This weakens the plant by making it more susceptible to other diseases or opening it up to injury for the next winter.
Temen-temen tahu apa yang aku maksud? Kata “This”. Kata ganti “this” ini sering muncul dalam kalimat baru dan kita harus melihat ke kalimat sebelumnya untuk mengetahui, mengacu ke apa sih kata ini? 

Iya, mengacu ke frasa “bercak hitam”. Jadi kita pakai frasa tersebut buat terjemahannya. 
Jangan menerjemahkan “This weakens the plant” menjadi “Ini akan memperlemah tanaman”. 
Tapi, terjemahin jadi: 

“Bercak hitam akan memperlemah tanaman dengan membuatnya semakin rentan terjangkit penyakit lain.”
**

Lanjut ke anak kalimatnya:

“… or opening it up to injury for the next winter.”
Ini kalimat yang kalau diterjemahin secara harfiah, hasilnya akan jadi: “atau membukanya terhadap luka pada musim dingin.”

Tapi, masuk akal enggak sih? Kalau enggak, cari arti lain dari frasa “open up” yang maknanya sesuai untuk kalimat ini.
Ada ide?
Coba cek di https://www.thefreedictionary.com/open+up
>> Contoh:
Kita bisa pakai kata "terekspos", misalnya.

**

Lanjut ke kalimat berikutnya.

The organism responsible for black spot spreads quickly and can move from plant to plant if proper care is not taken.
Ada yang mau mencoba menerjemahkannya? Silakan langsung dicoba, ya. Perhalus dan lokalkan istilah-istilahnya, cari kata pengganti yang lebih tepat dan masuk logika di dalam bahasa Indonesia, tanpa mengubah makna yang ingin disampaikan dalam bahasa asalnya.

>> Contoh:
“Organisme penyebab bercak hitam bisa menyebar dengan cepat dan berpindah dari satu tanaman ke tanaman lain jika tidak segera dibasmi.”
**

Selanjutnya:

Specific lists of disease-resistant roses are online, and nurseries likely have their own list. All roses vary by region, so do a local check for varieties that grow best in your area.
Ayo cobain, ya.

>> Contoh: 
Anda bisa mencari tahu daftar khusus mawar yang resistan terhadap penyakit di internet, dan kebun pembibitan juga biasanya memiliki daftar sendiri. Jenis bunga mawar bervariasi tergantung daerah, jadi cari tahulah varietas lokal yang paling cocok ditanam di tempat Anda.
**

Ini ada contoh kalimat yang bagus buat diterjemahin:
Decreasing the Opportunities for Black Spot
>> Contoh terjemahannya jadi:
- Mengurangi Risiko Bercak Hitam
- Mengurangi Peluang Munculnya Bercak Hitam

***

Kalau mau latihan yang lebih lengkap, ini tautan artikel yang kita bahas di atas: https://www.wikihow.com/Control-Black-Spot-on-Roses dan ini hasil terjemahanku dalam bahasa Indonesia untuk bahan perbandingan: https://id.wikihow.com/Mengendalikan-Penyakit-Bercak-Hitam-pada-Bunga-Mawar.

Semoga bermanfaat.


No comments:

Post a Comment