Taken from:
http://rimanews.com/read/20110208/15688/menelusuri-luka-cinta-andrea
Selasa, 8 Feb 2011 01:12 WIB
“Aku bertanya-tanya, apakah duka memiliki kapasitas tertentu? Sebanyak apa yang bisa Anda tanggung?” (Russel ‘Rusty’ Yates, halaman 401)
Pada suatu siang di musim panas tahun 1989, Rusty sedang menuruni tangga menuju kolam renang di kediamannya, Sunscape Apartments. Matanya menangkap sesosok gadis bertubuh ramping mengapung di kolam renang. Gadis itu sangat cantik. “Peri air”, demikian Rusty menjuluki gadis yang bernama Andrea Pia Kennedy.
Empat tahun kemudian, mereka menikah. Namun seperti banyak pernikahan lainnya, mereka menemui ujian. Salah satu ujian berat Rusty Yates adalah penyakit mental yang diderita Andrea. Dengan lima orang anak berusia 7, 5, 3, 2, dan 6 bulan yang mereka miliki, penyakit mental Andrea sungguh-sungguh menguji kesabaran Rusty.
Betapapun, ujian terberat datang pada 21 Juni 2001. Karena pada hari itulah, Andrea membunuh kelima anak mereka.
That Day
Baru pukul 09.56 pagi saat Andrea menelepon Rusty dan memaksanya pulang. Delapan menit sebelum menelepon suaminya, Andrea menghubungi 911.
Tak lama, Opsir David Knapp datang. Andrea menyambutnya dengan keadaan basah kuyup, mata terbelalak lebar dan napas tersengal. “Aku baru saja membunuh anak-anakku,” ujar Andrea.
Andrea kemudian membimbing Opsir Knapp menuju kamar tidur. Di sana, terbaring empat mayat anak dengan posisi yang telah diatur. Tubuh mereka ditutupi sprei. Anak kelima, ditemukan di bathtub. Tubuhnya mengambang tertelungkup tak bernyawa.
Kelima anak itu mati ditenggelamkan.
Menelusuri “Akar” Masalah
Akar masalah Andrea sungguh bercabang-cabang. Pertama, penyakit mental yang diderita Andrea. Brian Yates—saudara laki-laki Andrea telah didiagnosis menderita bipolar mood disorder, atau yang juga dikenal sebagai manik depresi. Setelah anak keempat lahir, Andrea mencoba bunuh diri dengan minum Trazodone. Sebulan kemudian, Andrea mencoba menggorok lehernya dengan pisau.
Kedua, pengaruh guru spiritual Andrea, pendeta Michael Woroniecki. Keluarga Woroniecki berkeliling Amerika Serikat menggunakan rumah mobil, mengunjungi banyak kampus dan mal, untuk berkhotbah secara agresif tentang setan dan neraka. Andrea sendiri meyakini bahwa ada setan dalam dirinya, dan dengan membunuh anak-anaknya, ia telah menyelamatkan anak-anaknya dan mengirim mereka ke surga. Seperti khotbah Woroniecki yang pernah didengar oleh mantan guru SMU-nya di sebuah mal: “Kamu tidak akan bisa diselamatkan sampai kamu dibersihkan di dalam air.” (halaman 178).
Ketiga, dugaan malpraktik. Andrea telah bertemu dengan banyak psikiater dan telah dirawat di sejumlah rumah sakit. Semuanya memiliki diagnosis tersendiri atas penyakit mental Andrea. Mulai dari depresi berat, psikosis tipe catatonic, depresi pasca melahirkan, skizofrenik, dan belakangan, manik depresi. Beragam asumsi ini berakibat berganti-gantinya obat yang harus dikonsumsi Andrea—yang memiliki efek samping pada kondisi fisik dan mental Andrea. Pada enam belas hari sebelum Andrea melakukan pembunuhan, psikiater Mohammad Saeed bahkan memutuskan untuk menghentikan obat-obatan anti psikotik Andrea.
Ketiga cabang masalah ini masih memiliki sejumlah ranting. Mulai dari ketidakseimbangan hormon Andrea yang membuatnya mudah hamil dengan jarak sangat berdekatan, Andrea yang berhenti bekerja sebagai perawat dan menjadi IRT, keinginan Rusty dan Andrea untuk memiliki banyak anak, masa-masa saat pasangan ini tinggal di rumah mobil meniru pendeta Woroniecki, kematian ayah Andrea, dan satu faktor yang membuat Andrea kemudian mengajukan naik banding: kegemarannya menonton serial Law & Order.
Temuan O’Malley
Sebagai reporter investigasi, Suzanne O’Malley memulai penyelidikan atas kasus pembunuhan Noah, John, Paul, Luke, dan Mary Yates berjam-jam setelah Andrea Yates menenggelamkan mereka. O’Malley mengikuti proses persidangan selama dua tahun, mewawancarai para jaksa penuntut, pengacara, juri, keluarga Andrea, pelatih renang Andrea semasa SMU, dan para psikiater. Tak hanya itu, Suzanne juga rutin berkorespondensi dengan Andrea dan pendeta Woroniecki.
Sehari setelah pembacaan putusan sidang, O’Malley menemukan kesaksian yang salah pada saksi kunci dari pihak penuntut, Dr Park Dietz. Sebagai konsultan serial Law & Order, Dietz bersaksi bahwa salah satu episode serial terkenal tersebut tentang seorang ibu penderita depresi pasca melahirkan yang menenggelamkan anaknya di bathtub. Dietz juga bersaksi bahwa episode ini ditayangkan pada malam sebelum Andrea melakukan pembunuhan.
Sebagai salah satu dari tim penulis Law & Order, O’Malley tak ingat adanya episode itu. Ia pun langsung menghubungi Dick Wolf—produser Law & Order, dan memastikan bahwa dari 269 episode Law & Order, episode itu “tidak pernah ditulis, tidak pernah dibuat dan tentu saja, tidak pernah ditayangkan.” (halaman 326)
Berdasarkan temuan ini, hakim menginstruksikan para juri untuk mempertimbangkan kembali hukuman bagi Andrea. Dan pada 15 Maret 2002, alih-alih dihukum mati, Andrea divonis hukuman penjara seumur hidup.
Tak hanya itu, dalam buku ini, O’Malley juga mengungkap sejumlah oknum pengadilan yang memanfaatkan momentum kasus Andrea Yates. Salah satunya, reporter persidangan yang bertugas untuk mengetik transkrip persidangan. Satu salinan transkrip persidangan Andrea Yates setebal dua belas ribu halaman dijual dengan harga 60 ribu dolar (halaman 344). Pada 3 Oktober 2003, sebuah salinan transkrip digital bahkan diiklankan untuk dijual di e-bay, dengan harga 3,500 dolar.
Luka, dan Harapan yang Ditinggalkan
Kasus Andrea Yates bukanlah kasus yang pertama. Pada 30 Mei 1990, Maria Amaya, 36 tahun, menggunakan pisau dapur untuk menggorok leher keempat anaknya—yang berumur 3-11 tahun. Namun kasus Andrea telah memicu adanya debat nasional di Amerika Serikat, tentang depresi pasca melahirkan, psikosis, penyakit mental dan definisi hukum tentang kegilaan. Terjadi sebuah perubahan penting dalam opini publik.
Pada 2003, Texas mengeluarkan Undang-undang Andrea Yates, yang mengharuskan pekerja perawat kesehatan untuk mengajarkan ibu-ibu baru tentang risiko kesehatan mental selama kehamilan. “Psikiater lain mengatakan kepada saya, dia merasa bahwa kasus Andrea Yates telah memajukan ‘penyebab kesehatan mental wanita’ selama lima puluh tahun ke depan.” (halaman 415).
Dan terbitnya buku ini, yang ditulis dengan kritis sekaligus diterjemahkan secara runut dan detil, turut melukis harapan itu di Indonesia.
_______________________________
Judul: Luka Cinta Andrea
Peresensi: Retnadi Nur’aini
Penulis: Suzanne O’Malley
Penerjemah: Sri Noor Verawaty
Penerbit: Qanita
No comments:
Post a Comment