- Terjemahan Anda tidak sesuai dengan maksud dari buku aslinya. Alias: pemahaman Anda atas bahasa sumber ngawur dan terjemahannya tidak tepat. (Termasuk juga terjemahan-terjemahan idiom, pepatah, peribahasa, dll.)
- Bahasa sasaran yang Anda gunakan banyak yang tidak sesuai dengan kaidah EYD, KBBI, atau konvensi-konvensi bahasa yang telah ditetapkan… (Terlebih lagi kalau Anda memakai bahasa G4ul atau B4h45a 4L4y untuk teks yang seharusnya tidak menggunakan gaya seperti itu.)
- Anda banyak menghamburkan kalimat/frasa/kata dalam terjemahan Anda. Kalimat Anda dibuat panjang, bertele-tele, dan diulang-ulang. Percayalah, saya bisa mengendus hal ini. (Mungkin Anda adalah penerjemah “berkarakter”—dibayar per karakter. Semakin banyak karakternya [huruf], semakin tinggi bayaran Anda.)
- Anda suka menambah-nambahkan hal/pengertian/penjelasan yang sebenarnya tidak perlu, atau malah memberikan tambahan penjelasan yang justru salah kaprah gara-gara Anda sok tahu.
- Terjemahan Anda tidak bersih. Terlalu banyak typo, format tidak jelas, dll. Anda terlalu mengandalkan editor untuk membereskan semua kemalasan dan keteledoran Anda. (Penggunaan huruf besar, huruf kecil, cetak tebal, cetak miring, spasi, titik, koma, dll.)
- Anda pemalas. Anda tidak mencari tahu lebih banyak mengenai bahan yang sedang Anda terjemahkan. Anda tidak mencari tahu lebih banyak dari kata-kata tertentu & mencari padanan kata yang lebih pas dengan maksud buku aslinya.
- Anda pemalas. Anda tidak mengonversi ukuran-ukuran yang perlu diubah, misalnya dari "kaki, inci, pound, dll." ke dalam ukuran yang lebih akrab digunakan di Indonesia.
- Anda melenceng jauh dari deadline yang telah ditetapkan dalam kontrak.
- Kalau Anda mendapatkan sebuah pekerjaan, katakanlah satu buku tebal, dan Anda melempar sebagian terjemahannya pada penerjemah lain, well, one way or another, an editor will find that out. Setiap orang memiliki gaya yang berbeda. So, better not do that.
Saya
masih editor pemula dan baru mengedit sejumlah kecil buku. Menurut pandangan
saya, ada penerjemah yang memang berpotensi & bisa diperbaiki, ada juga
yang sejenis: hopeless translator—get another job!
Untuk
penerjemah-penerjemah yang masih bisa dipoles, saya suka memberikan review dari
hasil terjemahan mereka, jika mereka berkenan. Saya juga membuka kesempatan
jika mereka ingin “membela diri.”
Sayangnya,
saya bukan editor-in-house yang memiliki hak untuk memilih dan menyeleksi
penerjemah. Kalau saya memiliki hak tersebut, maka pada para penerjemah yang
berpotensi, saya akan memberikan 2 atau 3 kali kesempatan untuk memperbaiki
diri. Jika membaik, saya akan pakai terus, jika tidak ada perbaikan, atau malah
ada penurunan… well… Bye!
Sedangkan
pada para penerjemah yang berada dalam kelompok hopeless case… well… I don’t
really like to say something awful and hurt other people’s feeling, (Because if
I shall say something…. Maybe I’ll yell something like: “WHAT THE
*%#@^@$^#^%##**!!!!!! ARE YOU %^#$@!&@&#$!!!!???”).... So, rather than
saying something bad, let’s just say… they will never get my phonecall again.
***Maaf kalau terdengar kejam... Saya membuatnya pas lagi PMS... :p
But after you read this, you'll know what I mean:
http://www.sundaymorningstory.blogspot.com/2013/04/balada-ngedit-terjemahan-orang.html
But after you read this, you'll know what I mean:
http://www.sundaymorningstory.blogspot.com/2013/04/balada-ngedit-terjemahan-orang.html
No comments:
Post a Comment