Suatu kali aku pergi ke supermarket menggunakan angkot. Hari
itu cukup terik dan udara cukup panas. Di perjalanan ada seorang ibu menyetop angkot yang kunaiki. Ibu-ibu itu sudah cukup sepuh. Tapi ada yang
menarik perhatianku. Wajah si Ibu itu terlihat tenang dan bahagia. Diam-diam
aku terus menatapnya. Penasaran, apa resep si Ibu yang membuat jiwa damainya
begitu tercermin di wajahnya. Kalau orang bilang "aura," mungkin
inilah yang disebut dengan "aura adem menyejukkan," sampai-sampai
orang yang melihatnya pun (aku, dalam hal ini) ikut merasa adem di tengah panas
terik ini.
Seperti yang aku yakini, wajah adalah jendela jiwa. Kalau
jiwanya mumet, itu akan tercermin pada wajahnya. Kalau hatinya busuk, itu juga
akan tergambar di garis wajahnya.
Bertahun-tahun menjadi istri seorang fotografer, aku sudah
melihat berbagai macam wajah dan karakternya. Belum lagi tiga musim menonton
Call Lightman dalam serial Lie To Me, aku jadi suka memerhatikan gestur dan
micro expression orang.
Setelah sampai di tempat tujuan, aku mampir dulu ke ATM. Di
dalam terlihat ada bapak-bapak dengan seorang anak lelaki. Dia berkutat cukup
lama. Aku di luar lumayan kepanasan dan mulai tak sabar menunggu. Tapi rasa
kesalku seketika hilang saat si Bapa keluar dengan wajah tersenyum sumringah.
Wajah tenang seperti si Ibu yang kuluhat di angkot. Lagi-lagi aku bertanya, apa
yang membuat garis wajah mereka begitu tenang dan bahagia. Tentunya setiap
orang memiliki masalah tersendiri dalam hidup mereka. Tapi orang-orang seperti
si Ibu dan si Bapa ini seolah tidak memilikinya. Wajah-wajah yang membuat orang
yang melihatnya ikut merasa tenang dan bahagia.
Aku jadi bertanya-tanya, sudahkah wajahku seperti itu?
Rasanya belum. Rasanya masih jauh dari itu. Sebuah pelajaran bagiku dari
orang-orang asing tersebut.
Kemarin, aku bertemu dengan satu lagi orang berwajah tenang.
Suami dan aku diajak seorang teman untuk mampir ke rumah temannya. Dan kami pun
diperkenalkan kepada si Ibu yang berwajah tenang itu. Orangnya ceria sekali.
Bertemu beliau seolah mendapatkan siraman air sejuk di tengah udara panas.
Ramah luar biasa, padahal kami orang asing yang baru beliau kenal. Apalagi
kalau saya menghitung bahwa kami bukanlah siapa-siapa sedangkan beliau adalah
seorang istri pembesar dan orang yang berada.
Ada pelajaran lain yang kudapat hari itu. Betapa menyenangkannya bertemu dengan orang-orang yang berwajah tenang. Rasanya jadi ikut damai. Betapa senangnya
kita saat diperlakukan baik oleh orang yang asing sekalipun. I want to be like them. I want to be a person I'd love to meet.
No comments:
Post a Comment