By: Sri Noor Verawaty
Douching adalah membasuh vagina dengan dengan larutan kimiawi tertentu (dikenal dengan sebutan “douche”). Iklan-iklan di televisi memberikan image bahwa vagina adalah organ yang kotor sehingga perlu dibersihkan dengan douche. Mereka menyarankan douching dengan alasan untuk mengobati infeksi vagina, untuk mencuci sekresi vagina, mencegah kehamilan paska melakukan hubungan suami istri, dan mencegah penularan Penyakit Menular Seksual. Namun ternyata douching memiliki lebih banyak efek samping daripada manfaat yang ditawarkan, bahkan sebagian dari propaganda douching ternyata salah kaprah. American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG) menyarankan agar wanita sama sekali tidak melakukan douching. Gynekolog David Eschenbach, M.D. dari University of Washington berpendapat, “Douching sama sekali tidak diperlukan.”
Douching bukan hanya “tidak perlu”, namun justru membahayakan. Douching bisa mengganggu keseimbangan flora vagina (organisme normal yang hidup di dalam vagina) dan tingkat keasaman vagina yang sehat. Dalam vagina yang sehat, terdapat bakteri baik dan bakteri jahat. Keseimbangan kedua jenis bakteri ini membantu menjaga tingkat keasaman lingkungan yang ada. Secara terus menerus, vagina menjaga tingkat keasaman lingkungannya dan tidak membutuhkan “bantuan” dari luar. Rekayasa dari luar justru bisa menyebabkan pertumbuhan bakteri jahat yang berlebihan sehingga bisa memicu terjadinya yeast infection (infeksi yeast) atau bacterial vaginosis (BV—infeksi di vagina). Tidak hanya itu, douche juga bisa menyebarluaskan infeksi vagina yang telah ada ke dalam uterus dan tuba fallopi, atau memancing infeksi baru yang bisa mengarah kepada kondisi seperti pelvic inflammatory disease (PID—Penyakit Radang Paggul).
Mitos bahwa melakukan douching segera setelah melakukan hubungan seks akan mencegah kehamilan adalah tidak benar. Sperma adalah perenang yang sangat cepat. Pada saat seorang wanita baru mau mulai melakukan douching, ratusan ribu sperma sudah akan mencapai uterus. Selain itu, dilihat dari sifat alami cairan dan struktur saluran reproduksi wanita, douching malah memiliki kemungkinan untuk mendorong sperma lebih jauh ke atas, ke dalam uterus. Larutan douche yang bersifat asam mungkin akan sedikit membunuh sperma, namun secara keseluruhan douching tidak dianggap sebagai metode yang efektif untuk mencegah kehamilan. Douching bukanlah alat kontrasepsi dan bukan pula pencegah penularan Penyakit Menular Seksual maupun infeksi-infeksi lainnya.
Berikut ini sejumlah efek samping douching:
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan risiko kehamilan ektopik (kehamilan di luar rahim, misalnya di tuba fallopi) jika Anda melakukan douching dengan teratur. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Mount Sinai Medical Center New York, douching yang teratur bisa meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik hampir dua kali lipat. Dan dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah melakukan douching, risiko kehamilan ektopik pada wanita yang pernah melakukan douching meningkat sebanyak 3,8 kali.
• Douching mempertinggi risiko terjadinya pelvic inflammatory disease (PID). Penelitian di Mount Sinai School of Medicine menemukan bahwa douching teratur meningkatkan risiko PID sebanyak 73%.
• Douching mengurangi kemungkinan pembuahan. Para peneliti di Washington D.C. menemukan bahwa semakin sering Anda melakukan douching, semakin lama Anda bisa hamil.
• Pada sejumlah wanita, douching justru menunjukkan peningkatan risiko berkembangnya infeksi yang disebut bacterial vaginosis (BV, yang disebabkan oleh pertumbuhan bakteri abnormal yang berlebihan dalam vagina. Walaupun tidak memiliki gejala, namum bacterial vaginosis bisa mempertinggi risiko keguguran, kehamilan ektopik dan penyakit radang panggul, dan bisa juga menghambat terjadinya pembuahan. Para peneliti dari Florida State University menganalisa kesehatan 483 wanita sehubungan dengan kebiasaan douching . Douching yang dilakukan setiap bulan, mempertinggi risiko BV sebanyak dua kali lipat. Sedangkan douching yang dilakukan setiap minggu mempertinggi risiko BV hampir 3 kali lipat.
• Douching mempertinggi risiko infeksi Chlamydia (infeksi saluran kencing—termasuk ke dalam kelompok Penyakit Menular Seksual). Peneliti di University of Washington menemuan bahwa wanita yang melakukan douching sebanyak 1 hingga 3 kali sebulan, memiliki risiko 2,6 kali lebih banyak menderita Chlamydia. Sementara mereka yang melakukan douching sebanyak 4 kali atau lebih dalam sebulan, memiliki risiko 3,8 kali lebih banyak.
• Douching mempertinggi risiko persalinan prematur. Peneliti di University of Rochester menemukan bahwa douching lebih dari 1 kali seminggu selama 6 bulan, bisa meningkatkan risiko persalinan prematur sebanyak 4 kali lipat.
• Douche, sabun, atau produk kesehatan daerah kewanitaan lainnya bisa menimbulkan iritasi pada organ genital dan memicu terjadinya vaginismus (yaitu sebuah kondisi yang memengaruhi kemampuan wanita untuk terlibat dalam bentuk penetrasi vagina apapun, termasuk intercourse seksual, penyisipan tampon, bahkan penetrasi yang melibatkan pemeriksaan gynekologis).
• Douche, sabun, parfum, pantyliner berparfum, spermicides, kondom lateks, bisa menjadi iritan yang menimbulkan contact dermatitis, yaitu reaksi kulit (dermatitis) yang diakibatkan oleh paparan alergen (dermatitis kontak alergi) atau iritan (dermatitis kontak iritan). Kondisi ini bisa disertasi dengan keluarnya keputihan.
Tips untuk menjaga vagina agar tetap sehat:
• Untuk mencegah terjadinya infeksi pada vagina, hindarilah penggunaan douche, sabun, spray, tampon, dan pembalut yang berparfum. Zat kimia dari parfum dan deodoran akan membuat vagina menjadi kering dan keseimbangan pH vagina menjadi tidak seimbang sehingga mengarah pada infeksi.
• Tidak perlu melakukan douching di saat menstruasi maupun paska keguguran. karena vagina memiliki sistem pembersihan alaminya sendiri (yaitu servical mucus) untuk membilas darah, air mani, serta vaginal discharge.
• Anda harus tahu, bahwa vagina yang sehat sekalipun selalu memiliki sedikit odor. Namun jika baunya sudah menyengat, keluar keputihan yang kental berwarna hijau kekuningan, terasa terbakar, memerah, bengkak, terasa sakit saat buang air kecil atau saat intercourse, segeralah hubungi dokter.
Translated and taken from:
Judul Buku: "Merawat & Menjaga Kesehatan Seksual Wanita"
Penulis: Sri Noor Verawaty & Liswidyawati Rahayu
Penerbit: Grafindo
Cetakan Pertama:
http://articles.chicagotribune.com
http://www.deathcaps.com
http://womenshealth.gov
No comments:
Post a Comment